LogoDIGINATION LOGO

Arah Kiblat Fintech Indonesia, Amerika atau China?

author Oleh Desy Yuliastuti Senin, 5 Februari 2018 | 05:44 WIB
Share
Prospek pertumbuhan investasi financial technology tahun 2018 di Indonesia diprediksi akan melampaui pertumbuhan e-commerce
Share

Prospek pertumbuhan investasi financial technology tahun 2018 di Indonesia diprediksi akan melampaui pertumbuhan e-commerce.

Partner McKinsey & Company, Guillaume de Gantes, mengatakan kebutuhan akan kanal pambayaran (payment gateway) berbasil mobile akan menjadi penyangga industri fintech dan magnet bagi investasi baru.

“Prediksi saya, pertumbuhan tekfin dapat melampaui pertumbuhan e-commerce sebagai area destinasi tujuan investasi tahun ini,” ujar Guillaume pada Forum Digital Indonesia-Australia 2018 beberapa waktu lalu.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Donald Wiharja, berpendapat serupa.

“Kita bicara di seluruh dunia bahwa opportunity di fintech terutama di payment lebih besar dari e-commerce karena , e-commerce paling hanya 8 persen di dunia, tapi di semua barang perlu dibayar. Dan kalau uang berpindah ke digital akan banyak transaksi di payment,” kata Donald.

Menariknya, ekosistem fintech di Indonesia berada di persimpangan dan berpotensi tumbuh mengikuti dua pola, yaitu ekosistem fintech China atau Amerika Serikat (AS).

Donald mengatakan di AS terdapat vertical king di tiap bidang. Misalnya, Amazon merajai e-commerce, Google jagonya search engine, dan Facebook di social media. “Di lending company ada yang jago juga, tiap bidang ada jagoannya sendiri,” ujarnya.

Berbeda dengan China di mana satu perusahaan bisa menguasai semua bidang. Donald mencontohkan Alibaba yang jago di funding, payment, e-commerce, dan berbagai bidang lain. Karena itu pula orang China cenderung pakai satu layanan.

“Orang tidak lagi mencari layanan terbaik di fintech itu atau pakai ini, pakai lending ini. Mereka mau platform yang tergabung ke dalam satu sistem. WeChat tidak untuk messaging, tapi juga pesan hotel dan beli barang,” jelas Donald.

Menurutnya, di Indonesia saat ini Go-Jek dan Grab condong mengekor pada pola pengembangan platform payment multifungsi dengan berbagai layanan dalam satu aplikasi.

“Kunci dari model seperti itu (model China), adalah platform payment. Inilah yang menjadi benang merah penyambung seluruh layanan. Kita kelihatannya ke arah itu,” pungkasnya.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE