LogoDIGINATION LOGO

Laporan Fortinet : Sektor Healthcare, E-Learning, Banking dan Hybrid Retail Sukses Beradaptasi dengan Pandemic

author Oleh Nur Shinta Dewi Senin, 9 Agustus 2021 | 19:42 WIB
Share
Share

Fortinet, pemimpin global dalam solusi keamanan siber merilis sebuah laporan bisnis bersama Frost & Sullivan bertajuk From Survival to Success: Learning, adapting, and growing in the New Normal. Dalam laporannya Fortinet memaparkan penemuan menarik setelah selama setahun semua sektor bisnis menerapkan transformasi digital.       

Laporan ini membahas berhasilnya sektor-sektor yang sebelumnya dianggap tidak unggul dalam hal digitalisasi seperti bisnis ritel dan sektor pendidikan tradisional, kemudian peran sumber daya manusia TI (teknologi informasi) juga menjadi perhatian agar terhindar dari ancaman.

Berdasarkan Survival to Success: Learning, adapting and growing in the New Normal, Healthcare, e-Learning, Banking, dan Hybrid retail merupakan 4 sektor yang berhasil beradaptasi dengan baik dengan memberikan penawaran layanan baru dan menerapkan inovasi teknologi :

Healthcare: Chatbot menjadi semakin populer dan dimanfaatkan di industri kesehatan untuk membangun diagnosis awal berdasarkan definisi gejala yang diberikan oleh pasien. Penggunaan chatbot ini juga memberikan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia dan membatasi kontak fisik dalam memberikan layanan medis. 

Halodoc menjadi salah satu pelaku di industri healthcare yang menghadirkan fitur AI chatbot untuk kategori COVID-19. Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, fitur milik Halodoc ini dapat mengevaluasi risiko pasien terjangkit COVID-19 dengan menanyakan pertanyaan dasar seperti interaksi dengan wilayah-wilayah terjangkit virus, interaksi dengan ODP/PDP, hingga pertanyaan mengenai gejala awal COVID-19.

e-Learning: Berbagai platforms yang menjadi tulang punggung dalam mendukung pembelajaran jarak jauh atau online telah mencakup rangkaian fitur yang kaya dan lengkap mulai dari kolaborasi sederhana dan platform VoIP hingga realitas virtual, augmented reality, pencetakan 3D, dan guru robot yang didukung oleh Artificial Intelligence.

Selama pandemi, platform belajar secara virtual seperti Ruangguru dan Zenius meningkat drastis, teknologi canggih yang menghasilkan fitur-fitur interaktif pun terus diperbaharui untuk menunjang metode anak belajar.

Baca juga : Pintek Catat Kenaikan 4x Lipat di Semester Pertama Tahun 2021

Banking: Melalui kemitraan kolaboratif antara bank, pemerintah, dan vendor, pembayaran digital memungkinkan pembayaran online nirsentuh untuk barang, layanan, dan bahkan utilitas. Di Indonesia, keberhasilan digitalisasi dirasakan oleh Bank Central Asia (BCA) dimana selama pandemi ada 5.100 rekening baru yang dibuka hanya dengan cara digital yaitu telepon atau video banking. Selain dapat membuka rekening melalui video banking, BCA juga bekerja sama dengan marketplace BliBli yang memungkinkan calon nasabah membuka rekening hanya dengan bermodal smartphone, aplikasi dan internet.

Hybrid retail: Pengecer sedang mempersiapkan masa depan hybrid dimana toko fisik dan virtual dapat dimanfaatkan secara paralel contohnya seperti yang dilakukan oleh teknologi “Just Walk Out” milik toko ritel fisik Amazon.com yang memungkinkan pelanggan mengambil barang tanpa membayarnya ke kasir, QR code pada barang akan otomatis terpindai dan pelanggan akan dikenakan biaya melalui aplikasi Amazon. 

Toko tanpa kasir pertama yang mengusung konsep serupa juga ada di Indonesia yaitu JD.ID X-Mart. Ketika akan masuk ke dalam toko, pelanggan diharuskan untuk menunjukkan QR Code yang ada di aplikasi mobile JD.ID ke alat yang ada di gerbang masuk toko. 

Namun dibalik itu semua peningkatan digitalisasi saat pandemi juga memiliki dampak yang mengkhawatirkan terhadap ancaman.

Salah satu penyebab adalah adanya penyebaran perangkat secara besar-besaran karena karyawan harus bekerja dari rumah. Sehingga tantangan keamanan siber saat ini tidak hanya bagaimana mengamankan firewall perusahaan secara keseluruhan, tetapi juga memperluas batas keamanan di luar firewall perusahaan dimanapun karyawan bekerja.

Baca juga : Fortinet Hadirkan Akses Jaringan Zero Trust Terbaru FortiOS 7.0 Mendukung Evolusi VPN

Agar dapat beradaptasi dengan risiko ancaman siber di masa depan, dan tidak hanya bertahan dengan krisis yang terjadi, bisnis memerlukan strategi keamanan siber yaitu broad; keamanan end-to-end dengan visibilitas satu panel di seluruh lanskap serangan; integrated; menggunakan konfigurasi dan manajemen kebijakan yang konsisten, dengan komunikasi real-time yang mudah di seluruh jaringan dan infrastruktur keamanan, dan automated; respon insiden yang cerdas dan remediasi ancaman, bersama dengan kepatuhan berkelanjutan dan penilaian risiko yang menjadi pendukung. Tiga dimensi penting untuk bisnis dalam menghadapi ketidakpastian; technology, people dan process juga menjadi salah satu kunci keberlangsungan bisnis.

Perusahaan diharap terus melanjutkan proses digitalisasi mereka sekaligus menghindari serangan siber yang dapat merugikan guna menyongsong ekonomi dan bisnis di tahun mendatang.

Fortinet menawarkan layanan Security Fabric yang menggabungkan ketiga dimensi diatas menjadi satu kesatuan kerja yang terintegrasi dalam memberikan pertahanan yang dioptimalkan bagi perusahaan klien agar bertahan dan berkembang di era transformasi digital.

Dengan menggabungkan solusi keamanan tradisional terisolasi dan terintegrasi seperti Security Fabric, perusahaan dapat melihat jauh ke dalam jaringan untuk mendeteksi ancaman tingkat lanjut dari inti ke cloud. Setiap elemen keamanan dalam Fabric tetap organik dan mudah disinkronkan, membuat proses menjadi efisien dan mudah diterapkan di seluruh organisasi.

“Di Indonesia, ekonomi digital meningkat hingga 11 persen selama pandemi. Kondisi ini tidak ideal karena didesak oleh pandemi bukan karena inisiatif perusahaan yang terencana. Banyak perusahaan memilih strategi "bertindak dulu, aman nanti" dalam hal siber. Akibatnya, penjahat siber dapat dengan mudah menargetkan mereka sebagai korban. Fortinet berharap para klien, mitra, maupun masyarakat umum sadar bahwa untuk mempertahankan bisnis selama Covid-19 tidak hanya menjadi digital, tetapi juga aman dalam digitalisasi itu sendiri.” Ungkap Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia.

  • Editor: Nur Shinta Dewi
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE