LogoDIGINATION LOGO

Efek Corona, Aplikasi Mobile untuk Travel Alami Penurunan

author Oleh Nur Shinta Dewi Rabu, 18 Maret 2020 | 09:34 WIB
Share
Share

 

Virus Corona telah membuat aplikasi mobile kategori travel mengalami perubahan signifikan dalam jumlah transaksi yang lebih sedikit pada bulan Februari di bandingkan bulan Januari Tahun ini.

Kajian yang dilakukan oleh perusahaan atribusi marketing mobile AppsFlyer menunjukan bahwa di Indonesia tingkat pengunduhan aplikasi travel organik selama Februari tahun ini mengalami penurunan sebesar 16% dan tingkat transaksi di aplikasi mobile travel mengalami penurunan sebesar 2% pada periode yang sama.

Appsflyer melakukan riset di empat negara utama di Asia Pasifik termasuk Indonesia, dengan meneliti kurang lebih 100 aplikasi mobile di setiap negara pada dua periode.

Periode pertama adalah pada 1-31 Januari ketika kasus awal COVID-19 sebagian besar masih terjadi di Tiongkok dan mencakup waktu pengumuman mengenai wabah secara global pada 21 Januari 2020.

Periode kedua adalah pada 1 Februari - 2 Maret 2020 ketika jumlah kasus infeksi COVID-19 mulai meningkat dan lebih banyak perusahaan mulai menerapkan pembatasan perjalanan dan kebijakan bekerja dari rumah.

Walau pada Februari COVID-19 belum terdeteksi masuk ke Indonesia, namun gelombang perubahan nilai sektor aplikasi mobile telah terlihat dari awal Januari. Appsflyer mempertegas hasil riset tersebut adalah angka-angka indikatif. Mereka tidak menyimpulkan nilai tersebut sebagai  hal yang mengkhawatirkan bagi industri pemasaran mobile secara umum.

Managing Director and President AppsFlyer for Asia Pacific, Ronen Mense menyatakan meskipun aplikasi mobile travel mengalami tren penurunan, namun aplikasi mobile kategori makanan dan minuman di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 23% pada rentang waktu yang sama.

"Hal ini hanya menunjukkan jika pasar aplikasi yang bersifat mobile-first atau seringkali aplikasi mobile-only, sehingga memungkinkan adanya sejumlah tantangan yang belum diantisipasi, tetapi kesempatan pertumbuhannya akan selalu besar," ungkapnya.

Selain kategori travel, penurunan tren pengunduhan aplikasi organik versi mobile juga terjadi pada kategori permainan/game dan belanja yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 12% dan 8%.

Namun jika dilihat dari segi transaksi, hanya aplikasi mobile travel yang mengalami penurunan. Aplikasi mobile kategori permainan/game mengalami pertumbuhan transaksi 11%, kategori makanan minuman mengalami kenaikan transaksi sebesar 17% dan kategori belanja mengalami kenaikan sebesar 6%.

Saran dari Ronen Mense bagi para pemasar digital adalah harus fokus kepada inti dan harus berani merancang keputusan untuk membangun dan merencanakan rencana pemasaran mereka saat periode kritikal.

"Karena anggaran pemasaran semakin berubah, para pemasar harus melihat data historis mereka tentang bagaimana pemasaran dan penggunaan aplikasi mereka telah berkontribusi terhadap penjualan sebelum dan ketika terjadi suatu peristiwa – apakah itu krisis global atau kampanye hari libur. Mereka harus membuat atribusi dan pengukuran fondasi untuk membangun dan merencanakan rencana pemasaran mereka saat periode kritikal," katanya.

China, India, Jepang dan Indonesia, merupakan penghasil belanja iklan aplikasi terbesar di dunia. Wilayah ini diperkirakan akan tumbuh hingga 27% dari tahun ke tahun hingga tahun 2022. China menjadi yang paling unggul, dengan jumlah pengguna internet mobile diperkirakan mencapai 900 juta pada tahun 2022.

Sebetulnya dengan data tersebut perusahaan aplikasi mobile di Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena dengan atribusi yang kuat dapat meminimalisir kemungkinan krisis perusahaan.

Pelajaran dari wabah kesehatan ini menunjukkan jika ketika industri konsumen sangat terpukul, mereka tetap dapat bangkit dengan cepat. Mereka yang mampu merespon dengan baik dapat mampu berkembang di waktu krisis.

  • Editor: Rommy Rustami
TAGS
LATEST ARTICLE