Internet of Things atau IoT untuk komunikasi antarmesin sudah lama diperkenalkan di dunia. IoT sudah dimulai melalui kamera video dan mobil pintar, lampu lalu lintas, tracking logistic dan pembayaran blockchain, vending machine, pengelolaan listrik, manajemen armada, yang seluruhnya melalui jaringan selular.
Sistem tersebut sudah mulai banyak dipakai dan saat ini dianggap sebagai salah satu penerapan IoT yang paling berguna, termasuk Indonesia yang didominasi layanan berbasis selular.
Dengan IoT, perusahaan dapat dengan mudah mengelola dan merekam berbagai informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, menaikkan produktivitas, efisiensi dan keamanan. Misalnya, informasi terkait pergerakan aset, kondisi tanah pertanian, dan sebagainya.
Tapi, "Ada empat permasalahan terkait penerapan IoT di Indonesia. Pertama standarisasi, lalu interoperabilitas, kemudian jangkauan yang terbatas dan terakhir, skalabilitas struktur biaya," ujar Irfan Setiaputra, CEO Sigfox Indonesia di Jakarta (16/5).
Baca juga: Philips Mulai Gunakan IoT pada Produknya
Sigfox Indonesia dan Asosiasi IoT Indonesia (Foto Istimewa)
Namun dengan begitu luasnya wilayah Indonesia dimana masih ada keterbatasan jaringan, jangkauan dan sumber listrik, diperlukan sistem IoT yang dapat mengatasi segala kendala tersebut. Karenanya, Sigfox Indonesia yang mengklaim sebagai perusahaan IoT
low power wide area (LPWA) atau listrik berdaya rendah, menjadikan Indonesia sebagai bagian dari 60 negara di dunia yang terhubung dengan jaringan IoT global.
Sigfox Indonesia menawarkan konsep low powered IoT yang tidak membutuhkan pasokan daya listrik yang besar dan dapat dipantau dari jarak jauh. Selain itu, konsep ini juga tidak membutuhkan bandwidth yang besar untuk mengirimkan data karena dikirimkan secara berkala dan ukurannya tak terlalu besar. Solusi ini diharapkan menjadi pelengkap teknologi seluler yang ada saat ini.
"Saat ini solusi Sigfox banyak digunakan untuk solusi asset tracking, logistik dan utility seperti meteran air dan gas, serta solusi lain yang tidak membutuhkan data besar dan baterai dalam waktu yang lama. Saat ini kami sudah mengidentifikasi potential customers yang dapat memperoleh manfaat kompetitif dari penerapan low-powered IoT ini," tambah Irfan.
Baca juga: UI dan Telkomsel Luncurkan Spekun, Bike Sharing Berbasis IoT
Ilustrasi penggunaan IoT dalam bisnis (shutterstock)
Mohamad Ali Fahmi,
Country Director di Sigfox Indonesia melanjutkan, "Sigfox melihat potensi besar di Indonesia karena digadang-gadang menjadi salah satu dari 5 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dalam jangka waktu 15 tahun ke depan. Untuk itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dan kalangan IT harus bisa melihat potensi ke depan untuk mengkapitalisasi
competitive advantage ini."
Menurutnya, Sigfox tidak hanya memberikan layanan konektivitas bagi industri di Indonesia, namun juga berkomitmen memberikan panggung bagi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia seperti pengembang perangkat keras dan lunak untuk sukses di dunia internasional.
Pada tahap awal Sigfox akan bekerjasama dengan partner lokal, baik perusahaan maupun universitas. Secara paralel mereka juga akan mengembangkan ekosistem lokal dengan menggandeng startup, baik yang memiliki keahlihan di bidang electronic design atau membuat perangkat hardware untuk IoT, dan startup yang ahli di bidang software development.
"Karena IoT merupakan penggabungan antara hardware dan software. Oleh karena itu, hal ini adalah peluang yang cukup bagus untuk pemain-pemain lokal untuk bisa mengembangkan solusi-solusi IoT yang berbasis teknologi Sigfox," tutupnya.
Siap ambil manfaat dari peluang bisnis berbasis IoT? Cek tautan ini ya...
Baca juga: UI dan Telkomsel Luncurkan Spekun, Bike Sharing Berbasis IoT
- Editor: Dikdik Taufik Hidayat