Cybercrime atau kejahatan siber yang kerap terjadi di Indonesia memiliki berbagai macam bentuk. Ada pencurian data pribadi, pembajakan akun media sosial, cracking, carding dan lain sebagainya.
Laporan Threat Matrix dan Digital Identity Network tahun 2018 tentang kejahatan siber global menunjukan peningkatan dari tahun sebelumnya. Bahkan, laporan Symantec Internet Security tahun 2018, Indonesia masuk dalam urutan 10 besar negara dengan ancaman kejahatan siber yang tinggi. Tepatnya di peringkat 9.
Melihat fakta tersebut, membicarakan cyber security atau keamanan siber di era digital ini adalah hal penting yang tak bisa dilewatkan. Forbes pernah merilis wawancara eksklusif dengan Phil Quade seputar hal tersebut.
Baca juga: Insiden Keamanan Siber Berpotensi Rugikan Indonesia Rp 500 Triliun
Ilustrasi proteksi dari serangan kejahatan siber (shutterstock)
Phil, Chief Information Security Officer (CISO) Fortinet, berbicara tentang pengamanan perusahaan dari serangan kejahatan siber dan bagaimana cara terbaik meningkatkan pendekatan dan strategi keamanan siber.
Apa saja, sih poin-poin penting yang harus digarisbawahi supaya bisa diterapkan di Indonesia? Yuk, simak!
Keamanan siber dimulai dengan segmentasi
Salah satu ide yang ditekankan Phil adalah perlunya segmentasi dan lapisan pertahanan. Pada tingkat tertentu, semua keamanan melibatkan segmentasi, apakah menerapkan firewall perimeter tradisional, memaksakan kontrol akses jaringan, atau menerapkan segmentasi mikro dan makro dalam lingkungan virtual.
Kecepatan dan interkonektivitas
Phil menjelaskan, dua komponen paling mendasar dari jaringan apa pun adalah kebutuhan meningkatkan kemampuan untuk mengirim informasi bolak-balik, dan memperkaya kemampuan orang untuk berkomunikasi satu sama lain. Akibatnya, solusi keamanan siber perlu dibangun berdasarkan kecepatan dan konektivitas. Ironisnya, ini adalah tempat di mana banyak vendor keamanan siber gagal.
Baca juga: Keamanan Siber Sangat Penting di Era Digital
Ahli keamanan siber (shutterstock)
Machine Learning dan AI Apa yang kebanyakan orang tidak sadari ketika melihat Fortinet adalah organisasi back-end besar yang melakukan penelitian ancaman penuh waktu. Secara tradisional, ini adalah proses manual di mana penelitian dikonversi secara manual menjadi indikator kemudian secara manual didorong ke perangkat keamanan yang digunakan.
"Fortinet siap mengimplementasikan arsitektur berbasis AI dengan back-end kami, arsitektur komunikasi cepat kami, dan kecepatan tambahan di ujungnya," tambahnya.
Intent-based security
Semakin banyak aturan ini dihasilkan, solusi keamanan yang sama ini juga perlu melakukan pemeriksaan dan analisis back-end untuk memastikan bahwa konfigurasi dan aturan tetap konsisten dan dapat dikelola.
Nah, untuk menghadapi kejahatan siber yang terus meningkat, sudah seberapa siap kamu?
Baca juga: 6 Cara Terbaik Microsoft Tangkal Ancaman Siber
- Editor: Dikdik Taufik Hidayat
- Sumber: Forbes, Siaran Pers Fortinet