LogoDIGINATION LOGO

Potensi Besar Startup E-Agrikultur di Negara Agraris

author Oleh Desy Yuliastuti Jumat, 27 Oktober 2017 | 13:19 WIB
Share
Tren startup di Indonesia tak melulu diisi startup dari sektor e-commerce dan financial technology
Share

Tren startup di Indonesia tak melulu diisi startup dari sektor e-commerce dan financial technology. Namun, pada 2017 ada dua kategori baru yang akan mendominasi, yaitu e-Agriculture (pertanian) dan e-Health (kesehatan).

Pada ajang The NextDev 2017, dua kategori ini pun menempati posisi terbanyak digarap oleh 20 finalis aplikasi Smart City & Smart Urban. Menariknya, e-Agriculture ada diperingkat pertama Top 100 aplikasi berdasarkan kategori dengan persentase 33%. Menyusul e-Health (28%), e-Education, dan e-Transportation (13%).

Seperti diungkapkan Gibran Huzaifah, CEO eFishery, yang juga menjadi juri kompetisi The NextDev 2017, tren ini menarik karena orang-orang berlomba membuat startup agrikultur. Namun, eksekusinya ada tantangan tersendiri dibanding membuat startup teknologi lainnya.

“Pada 2013, saat saya mulai membuat startup agrikultur orang-orang masih berkutat pada e-commerce tapi sekarang berbeda. Yang paling menarik saat ini adalah bagaimana solusi dieksekusi biar jalan. Kalau membuat ide untuk solusi agrikultur, bikin bisnis model, pitching gampang, tapi kalau benar-benar eksekusi ngobrol sama petani bikin solusinya supaya petani peternak dimudahkan, di situ challenge-nya,” kata Gibran.

Selama penjurian, Gibran melihat 3 startup e-Agriculture potensial dengan bisnis model yang mirip. Bisnis modelnya sama-sama crowdfunding, tapi fokusnya ke peternakan kecil dengan mengumpulkan funding dari investor sebagai investment ke peternak kecil yang punya dua atau tiga sapi misalnya.

Ia menuturkan, ketiga startup yang ada di Medan, Yogyakarta, dan Surabaya bisa dibilang sudah berhasil. Ini menarik karena ada solusi yang relevan dengan kondisi yang ada di daerah masing-masing. “Mereka tahu kenapa peternak butuh bantuan dan akses finansial teknologi begitu penting untuk menghubungkan arus modal dengan operasi yang ada di sana,” jelasnya.

Menurutnya solusi nyata seperti inilah yang seharusnya dibuat oleh startup. Indonesia dengan keragamannya dengan masalah yang beragam termasuk di sektor agrikultur, perlu lebih banyak startup yang membawa solusi bagi daerahnya masing-masing, solusi bukan lagi di Jakarta saja.

“The NextDev ini bisa jadi jembatannya karena mereka tahu masalahnya. Untuk tumbuh para startup membutuhkan akses, mentoring expert, dibuka perspektifnya tentang startup yang lain, dan pendanaan juga. Kelak proses ini nanti akan membangun Indonesia dengan berhasil menumbuhkan bibit-bibit solusi,” pungkasnya.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE