Perkembangan esports tidak akan lepas dari perkembangan digital itu sendiri. Tanpa disadari, esports yang kian berkembang masif membuka banyak peluang untuk memajukan sektor industri lainnya. Salah satunya adalah pariwisata. Kok, bisa?
Dalam acara talkshow bernama New Excitement of Tourism (N.E.X.T) yang diselenggarakan oleh Gridgames dan Hai Online di Depok, Jawa Barat (25/1) dibahas mengenai hubungan antara potensi besar esports dengan pariwisata Indonesia yang dapat saling menguntungkan satu sama lainnya. Acara yang didukung penuh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia ini bertemakan "E-Sports as a Future".
Eko Nuryono, Ketua Bidang Online GenPI Nasional mengatakan, "Kemenpar semakin gencar merangkul generasi milenial. Tahun ini, target wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berjumlah 20 juta orang. 60 persennya adalah milenial. Karena milenial adalah segmen terbesar, cara promosi pariwisatanya pun harus dibungkus dengan cara milenial. Kedepannya, Kemenpar akan berusaha menyelenggarakan berbagai aktivitas yang millennials friendly, seperti lomba tentang content creating atau kegiatan seputar esports."
Baca juga: Ini 10 Atlet ESport Terkaya di Dunia!
Para pembicara dari acara N.E.X.T | Foto: Alfhatin Pratama
Melanjutkan Eko, Adrian "AP" Pauline, CEO Tim Rex Regum Qeon (RRQ) berbicara tentang pengalamannya membawa salah satu timnya, RRQ Athena, berlaga di PUBG Mobile Star Challenge (PMSC) 2018 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Acara itu merupakan turnamen internasional besar pertama game PlayerUnknown's Battlegrounds di platform smartphone yang diselenggarakan oleh Tencent Games dan PUBG Corporation. Pesertanya berjumlah 20 tim dari 6 benua yang bersaing untuk mendapatkan total hadiah sebesar USD 600.000.
Ada 2 pelajaran yang dapat dipetik. Pertama, Ayana Hotel memutuskan pilihan yang tepat menjadi sponsor utama tim esports yang berlaga di kancah internasional. "Segmentasi pasar Ayana Hotel di Bali dan Nusa Tenggara Timur sebagian besar, sekitar 60-70%, adalah wisatawan mancanegara. ketika kami menjuarai turnamen internasional itu, seluruh media internasional meliput. Banyak juga orang yang bertanya letak Ayana Hotel. Setelah turnamen itu, kami cek traffic pengunjung situs Ayana Hotel meningkat pesat," kata Adrian.
Kedua, penyelenggara dan pemerintah di Dubai, Uni Emirat Arab berkolaborasi untuk memajukan pariwisata negaranya. "Semua tim diundang 14 hari sebelum pertandingan. 10 hari kegiatan kami hanya tour keliling kota dan makan makanan enak. Awalnya, saya gak mau ikut. Karena, kan tim esports pergi untuk fokus bertanding. Menang disyukuri, kalah ya udah, gitu," ujar laki-laki yang akrab dipanggil "AP" itu.
Baca juga: Belum Tahu eSport? Yuk, Kenali!
Adrian juga mengatakan, "Akhirnya saya menyadari, penonton esports di sana gak banyak dibandingkan dengan Indonesia. Tapi, kenapa mereka menyelenggarakan turnamen skala internasional? Ya, tujuannya adalah promosi pariwisata. Tanpa disadari, para atlet esports yang dilayani dengan sangat baik akan meng-upload destinasi wisata dan makanan di Dubai. Mereka melakukannya secara organik, tanpa disuruh oleh penyelenggara."
Laki-laki yang pernah menempuh pendidikan Master di Univesitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta itu menambahkan, jika strategi promosi pariwisata yang digunakan Uni Emirat Arab dapat diadopsi di Indonesia sangat bagus. "Yang kita butuhkan internet connection yang mendukung," tutupnya.
Setuju dengan cara Uni Emirat Arab mempromosikan Dubai lewat esports, Eko menegaskan bahwa promosi yang dilakukan dengan cara millennials friendly sangat penting. "Generasi milenial punya 3 F, yaitu friends, followers, dan fans. Promosi pariwisata di Dubai sudah melihat potensi itu. Ke depannya, ruang untuk milenial akan diusahakan untuk terus dibuka lebih lebar," tambah Eko.
Baca juga: Ini 3 Negara dengan Penghasilan eSports Terbesar di Dunia!