LogoDIGINATION LOGO

Sudah Pantas Menyandang Predikat Bos?

author Oleh Desy Yuliastuti Kamis, 24 Januari 2019 | 11:15 WIB
Share
Ilustrasi pemimpin (Shutterstock)
Share

Siapa yang tak mau jadi bos? Punya gaji besar, jabatan bergengsi, dan disegani. Mmm, tentu banyak yang menginginkannya. Namun, tak semua orang layak menyandang gelar ini. Diperlukan kriteria, kualitas, dan keterampilan mumpuni sampai bisa dibilang pantas. Kalau nggak, ya berarti bukan bos, tapi mandor alias bisanya hanya nyuruh-nyuruh saja.

Tanggung jawab menjadi bos tidak sesederhana itu. Sayangnya, banyak yang menerima jabatan dan kenaikan posisi karena uang, prestise, atau sekadar ingin mendapat label karena sudah bekerja cukup lama. Coba cek dulu, kalau kamu masih mempertahankan sikap mental berikut ini, tandanya kamu belum cocok jadi bos. Kalau gak berbenah, siap-siap deh kehilangan karyawan terbaik.

1. Malas

Banyak orang beranggapan menjadi bos itu enak, bisa malas-malasan kerjanya. Ini justru salah kaprah. Tanggung jawab jadi bos lebih besar dan performa kamu bakalan jadi panutan. Bos pun sudah seharusnya lebih ahli dari bawahannya. Kalau malas dan nggak mau mengembangkan skill, otoriter, tidak fleksibel, dan tidak mencerdaskan apalah artinya tanggung jawab di pundak. Saat menyandang gelar bos, gak ada waktu buat leha-leha karena kesuksesan perusahaan ada di tanganmu.

2. Cari aman

Bos tipe seperti ini biasanya peragu, tak berani ambil risiko, dan bakal terus-menerus membuat keputusan berdasarkan ego. Dia akan memaksa dan mengintimidasi orang lain untuk melakukannya. Cara supaya bisa keluar dari sikap ini adalah menampilkan ide yang tepat sehingga orang-orang bisa menghormati dan berpikir kamu layak jadi bos, tak sekadar melempar tugas atau menyuruh orang lain mencari ide. Sebaliknya, apabila ide anak buahmu kurang tepat, jangan hancurkan kepercayaan diri mereka.

Baca juga: 6 Cara Hadapi Toxic Boss

Ilustrasi tidak kompeten (Shutterstock)
3. Baperan

Kalau kamu terlalu sensititif alias baperan dan mengambil keputusan menurut perasaan, bukan fakta yang obyektif, ya bahaya dong. Memutuskan sesuatu karena alasan tidak logis dan berdasarkan suasanya hati hanya bikin perkerjaan jadi berantakan. Sifat baper itu bisa bikin kamu bias dalam melihat masalah, karena sedikit-sedikit terbawa emosi dan ingin dihormati. Akhirnya keputusan yang diambil pun tidak rasional.

4. Tidak kompeten

Faktor ini terjadi karena perusahaan cenderung memberi promosi dengan tergesa-gesa, dipekerjakan secara sembarangan, dan memegang posisi di luar kemampuan. Meskipun memiliki ide dan inovasi, tapi dalam pelaksanaannya tidak fokus dan cenderung berpindah ke ide berikutnya. Jika anak buah memberi saran dan pertanyaan spesifik atau kurang setuju dengan ide, secara langsung kamu akan merasa dikritik dan mengomel. Apakah dengan sikap ini kamu bisa mendapat fakta yang benar, menemukan solusi yang layak, dan membuat tim semakin kompak?

5. Tidak punya growth mindset

Growth mindset adalah gagasan bahwa semua keterampilan dapat dipelajari dengan upaya dan kerja keras. Tidak ada bakat alami dan jangan berpikir orang lain pasti tidak bisa. Growth mindset ini tentu dimiliki karyawan terbaik yang sering belajar keterampilan baru. Jika sebagai bos malah berlawanan alias punya pola pikir fixed mindset, tentu berdampak pada tim. Kamu sebagai bos nggak akan bisa merangkul tim untuk mempelajari hal-hal baru. Bagaimana bisa kalau kamu sendiri tidak visioner dan nggak lebih pintar? Tim tidak akan tumbuh dan mereka mungkin bosan dengan pekerjaan, frustrasi karena melakukan hal yang sama sepanjang waktu, dan akhirnya mencari peluang untuk tumbuh di perusahaan lain.

Meskipun bos pada akhirnya manusia biasa yang bisa berbuat salah, paling tidak berusahalah untuk jadi bos yang berperan sebagai pemimpin (leader), bukan mandor. Untuk menjadi leader kamu harus cukup rendah hati untuk belajar dari anak buah. Meminta nasehat, tidak takut kritik, dan harus melihat potensi dalam diri setiap orang. Baik buruknya performa kerja sebuah tim, pasti bergantung peran besar dari pimpinannya, kan?

Baca juga: 2019 Ganti Kantor, Biar Makin Produktif!

  • Editor: Dikdik Taufik Hidayat
  • Sumber: Forbes, Light House
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE