LogoDIGINATION LOGO

Anak Milenial Asia Dicap Doyan Belanja, Ini Alasannya

author Oleh Ana Fauziyah Jumat, 18 Januari 2019 | 08:30 WIB
Share
Ilustrasi berbelanja. (Foto: Pexels)
Share

Seberapa sering sih kamu belanja setiap bulan? Hmm, apa kamu sering menghabiskan waktu luang men-scroll halaman Instagram untuk lihat-lihat barang yang unik dan lucu? Atau betah menyambangi berbagai marketplace macam Bukalapak, Shopee,atau Tokopedia. Duh, window shopping emang seru sih ya!

Generasi milenial yang lahir di antara awal 1980-an sampai awal 2000-an sering disebut sebagai kelompok yang paling konsumtif. Hal ini dipengaruhi banyak faktor seperti kedekatan mereka dengan gadget dan teknologi, seringnya mengakses media sosial, kualitas dan keunikan yang memengaruhi perilaku pembelian dan keputusan pembelian mereka.

Di antara generasi milenial yang hidup di berbagai belahan dunia, ternyata generasi milenial di Asia yang dicap paling doyan belanja lho. Menurut riset yang dilakukan KKR seperti dilaporkan oleh  Entrepreneur, Asia memiliki jumlah penduduk milenial 6 kali lipat lebih banyak daripada Amerika Serikat ditambah Eropa. Sehingga para milenial di Asia diprediksi akan memimpin pasar konsumen global.

Lebih jauh lagi seperti dilansir dari Huffington Post, menurut laporan Goldman Sachs 8 September 2018 lalu, populasi generasi milenial di China saja sekarang berjumlah sekitar 415 juta. Jumlah itu lebih besar dari populasi pekerja di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Belum termasuk jumlah milenial di India, Indonesia, dan negara-negara Asia lainnya jika ditambahkan.

Selain jumlah populasinya yang besar, apa yang menjadi alasan generasi milenial di Asia dicap sebagai kelompok yang paling doyan belanja sedunia? Simak ulasan berikut.

Baca juga: Generasi Milenial Jadi Kekuatan eCommerce

Ilustrasi milenial. (Foto: Pexels)

Milenial demen travelling dan makan di luar

Menurut survei CBRE, generasi milenial di Asia cenderung menghabiskan waktu untuk kegiatan santai seperti makan di luar dan menonton film. Mereka menghabiskan waktu di luar rumah hampir 10 hari dalam sebulan, sementara orang Amerika Utara melakukan hal yang sama selama 7,4 hari dan orang Eropa hanya lima hari dalam sebulan.

Lebih lanjut, milenial di Asia lebih sering dan lebih tertarik bepergian ke luar negeri daripada rekan-rekannya di negara Barat. Khususnya, generasi milenial di China dan India yang mengalami kenaikan upah rata-rata yang paling tinggi.

Kenaikan gaji yang signifikan

Generasi milenial di negara Asia berpopulasi besar seperti China dan India mengalami kenaikan upah rata-rata yang signifikan. Pendapatan tahunan rata-rata mereka diprediksi akan meningkat lebih dari dua kali lipat, dari USD 5.900 pada tahun 2014 menjadi USD 13.000 pada tahun 2024. Pendapatan gabungan mereka diperkirakan akan mencapai USD 5,4 triliun pada tahun 2024, yang merupakan dua kali lipat PDB Inggris.

Generasi milenial di India yang merupakan 35% dari populasi dengan jumlah mencapai 440 juta kaum milenial, diperkirakan akan mendapat kenaikan upah tertinggi pada tahun ini. Sementara rekan-rekannya di negara Asia lainnya diprediksi akan mendapat kenaikan upah sebesar 4,2%. Kenaikan upah secara global sendiri diperkirakan sebesar 2,5%. Pendapatan yang meningkat ini berpengaruh juga pada kemampuan daya beli milenial Asia yang tinggi.

 

Baca juga: Seberapa Penting Generasi Milenial Buat eCommerce?

Ilustrasi membeli rumah. (Foto: Pexels)

Milenial tidak fokus membeli rumah dan mobil

Mem-posting makanan lezat di Instagram, mengunggah foto-foto saat travelling ke luar negeri, atau memperlihatkan kegiatan seru mereka saat nge-gym sangat menarik bagi kaum milenial. Teknologi telah menyebabkan terciptanya gerakan Experiences Over Things, yakni paham yang menganggap bahwa pengalaman lebih bernilai daripada barang atau benda.

Para milenial pun menunda keinginan untuk membeli rumah atau mobil dan lebih memilih membelanjakan uangnya untuk kegiatan rekreasi seperti travelling ke luar negeri, menonton film, makan di luar, berwisata ke alam, mendaftar keanggotaan di gym, dan lain sebagainya.

Selain itu, generasi milenial di Asia lebih cenderung tinggal bersama orang tua daripada rata-rata global sebesar 49%. Berbeda dengan milenial di Amerika Utara dan Eropa yang memiliki budaya pindah dan hidup terpisah dari orang tua ketika sudah menginjak usia dewasa.

Menurut survei CBRE terhadap 5.000 milenial yang berusia antara 22 dan 29 tahun dari wilayah Asia-Pasifik (China, Hong Kong, India, Jepang, dan Australia), 63% dari mereka tinggal bersama orang tua. Hidup dengan orang tua berarti daya belanjanya bisa lebih tinggi sehingga bisa mengalokasikan uang mereka lebih banyak pada kegiatan rekreasi dan belanja.

Kamu gitu juga nggak guys?

Baca juga: Ternyata Tokopedia Sukses Karena Generasi Milenial

 

  • Editor: Wicak Hidayat
  • Sumber: Entrepreneur, Huffington Post
TAGS
RECOMMENDATION
LATEST ARTICLE