Wilayah Timur Tengah memiliki beberapa negara dengan pendapatan per kapita termasuk terkaya di dunia. Hal tersebut merupakan potensi konsumsi yang sangat besar. Namun kehadiran e-commerce di wilayah tersebut belum banyak dan seramai di bagian dunia lainnya.

Dilansir dari E-seller Café (Rabu, 04/10), lalu lintas perdagangan elektronik di Timur Tengah hanya menyumbang kurang dari 1% dari total produk domestik bruto pada tahun 2016. Dan hanya 15 % dari bisnis di wilayah tersebut yang bermain di ranah online.

Untuk kawasan yang dihuni oleh banyak orang kaya, prosentase tersebut dinilai sangat kecil. Menurut riset Gartner Inc, masyarakat Timur Tengah berbelanja online dengan memesan produk di luar kawasan. Kondisi tersebut menurut beberapa ahli terkait tantangan logistik di kawasan tersebut.

Timur Tengah dinilai merupakan pasar yang sedang berkembang di sektor e-commerce. Ukurannya memang relatif kecil dibanding pasar lain, namun pertumbuhan e-commerce di negara-negara Arab ini tidak luput dari perhatian para pebisnis dan pelaku industri digital.

Salah satu hal yang menarik adalah dengan pembelian marketplace asal Uni Emirat Arab Souq.com oleh raksasa e-commerce asal Amerika Serikat Amazon di awal tahun 2017. Pembelian Souq.com menjadi poin penting yang menunjukkan bahwa potensi pasar Timur Tengah juga menjanjikan.

Meski kehadirannya minim, belanja online di kawasan tersebut tercatat telah tumbuh sebesar 1.500 persen selama satu dekade terakhir. Dengan dibelinya Souq.com oleh Amazon, potensi e-commerce di Timur Tengah kemungkinan akan segera mengalami peningkatan signifikan.

Selain Souq.com, marketplace yang beroperasi di Timur Tengah antara lain Wadi.com dan Namshi.com. Kategori produk yang paling diminati konsumen di sana adalah elektronik, fashion, kosmetik, dan barang-barang pendukung lifestyle.

• Editor: Wicak Hidayat
• Sumber: E-Seller Cafe