LogoDIGINATION LOGO

Jokowi: Indonesia Harus Membuka Diri Terhadap Perubahan Ekonomi Global

author Oleh Desy Yuliastuti Rabu, 20 September 2017 | 16:54 WIB
Share
Pada Rabu (20/9) Presiden Joko Widodo menyampaikan sambuatan pada acara Economic Talkshow “Ekonomi Baru Di Era Digital” sekaligus peresmian pembukaan Indonesia Business and Development Expo di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta
Share

Pada Rabu (20/9) Presiden Joko Widodo menyampaikan sambuatan pada acara Economic Talkshow “Ekonomi Baru Di Era Digital” sekaligus peresmian pembukaan Indonesia Business and Development Expo di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta.

Presiden Joko Widodo memberkan sambutan yang memberikan penyadaran pentingnya semua pihak membuka diri terhadap perubahan, inovasi, dan masa depan ekonomi dunia.

Jokowi memberikan gambaran kemajuan teknologi global lewat Elon Musk dengan Tesla, mobil fantastik masa depan. Musk juga mengeluarkan Hyperloop dan menggagaskan Space X, bagaimana mengelola ruang angkasa untuk kepentingan manusia.

Di sektor pembayaran, Elon Musk juga mengeluarkan Paypall, tapi disalip oleh Jack Ma dengan Alipay. Inilah situasi ke depan yang dihadapi Indonesia, ada perubahan-perubahan gaya hidup, konsumsi, konsumen di ekonomi digital.

“Saya kira kita sudah amat pahami e-commerce. Ada pergeseran perniagaan. Ada pergeseran perdagangan dari dunia offline menuju dunia online. Kita sudah hadapi itu, sudah ada,” tegas Jokowi.

Inovasi pemesanan makanan via aplikasi juga dinilai Jokowi sebagai bentuk pergeseran perniagaan, pergeseran perdagangan dari offline ke dunia online. Media sosial turut andil dalam pergeseran dari konsumen barang lebih ke konsumsi pengalaman, konsumsi experience. Jokowi juga menyinggung kebiasaan masyarakat yang posting apa pun di Facebook, Instagram, twitter, atau YouTube.

Jokowi juga menyampaikan perihal sharing ekonomi, sebuah revolusi pada sisi suplai atau sisi ketersediaan. Menurutnya ada pergeseran sisi sharing ekonomi dan revolusi pada sisi suplai. Contohnya layanan mudah yang didapat via Gojek, Grab, Uber, AirBnB, dan WeWork.

“Dulu orang harus punya kantor.  Karena orang yang dulu-dulu yang masih jadul-jadul senangnya fix aset. Tapi anak-anak sekarang  senangnya light aset. Enggak usah bikin kantor. Kalau orang dulu senangnya bikin kantor yang  gede, iya kan? Sekarang pakai aplikasi bisa sewa; satu meja, kantor kita itu, kalau kurang pesan dua meja, kurang lagi pesan tiga meja di sebuah co working space seperti WeWork,” tambahnya.

Pola tersebut sudah membudaya di Jakarta, Bandung, dan di kota-kota besar lain. Ini menandakan akan ada perubahan bukan hanya pola konsumsi, tapi juga pola kerja. Dampak dari semua ini tentunya bukan hanya sisi konsumsi, tapi juga sisi produksi. Ini ada peluang tetapi juga ada ancaman.

Banyak sekali orang yang bekerja dalam ekonomi digital yang bekerja sangat fleksibel, sangat dinamis. Semuanya nanti akan efisien dan berdampak pada struktur pengeluaran. Ke depannya harus dipahami bahwa ada pergeseran ada transisi, sekali lagi, dari offline ke online.

“Ini tentunya akan berdampak yang sangat dahsyat pada sisi produksi. Ini hati-hati. Produsen-produsen harus hati-hati mencermati, teliti melihat pola pergeseran ini menuju ke mana. Kita lihat sekarang, toko buku pun juga semakin dikit. Toko kamera juga semakin sedikit karena kita ngambil foto pakai ini (HP) cukup. Pergeseran, sekali lagi, pergeseran-pergeseran seperti ini, orang-orang produksi harus tahu,” tandasnya.

Sebaliknya, muncul pertumbuhan yang tinggi di segmen-segmen yang lain pada sisi produksi, memberi peluang pada kaum millennial yang membagikan sesuatu melalui media sosial. Dampaknya sektor travel dan pariwisata mengalami pertumbuhan 10-15%  per tahun di saat ekonomi kita tumbuh 5% per tahun. Orang mencari pengalaman yang seru, orang mencari tempat-tempat wisata yang khas dan asik biar bisa pasang foto-foto dan video-video dari tempat yang kita datangi.

Menghadapi hal ini, Jokowi menyampaikan bahwa pemerintah memiliki strategi tersendiri dengan memberi keleluasaan masyarakat untuk bereksperimen.

“Berarti apa? Berarti startup jangan dicekik dengan regulasi-regulasi yang berlebihan. Jangan malah terlalu diatur-atur, inovasinya malah enggak muncul. Ini kita ini, negara kita ini terlalu banyak aturan, terlalu banyak regulasi, menyebabkan kita terjerat aturan sendiri. Itu yang sekarang kita potong-potong terus, tapi jumlahnya masih banyak sekali. Masih 42 ribu peraturan, bayangkan. Dikit-dikit diatur, dikit-dikit diatur,” jelasnya.

Jokowi menambahkan, terlalu banyak peraturan malah menghambat inovasi-inovasi dan sudah menjadi tugas pemerintah menggempur peraturan-peraturan sehingga lebih fleksibel berinovasi. Pemerintah akan memberi ruang yang sebesar-besarnya untuk statup berkembang.

Di lain sisi, deregulasi menjadi hal penting agar mengurangi tumpang tindihnya aturan dan persyaratan yang menghambat pola-pola baru dan inovasi-inovasi baru. Infrastruktur ICT dan Proyek Palapa Ring juga menjadi sorotan dan harus dikejar sebagai salah satu kunci.

Hal lain yang mendukung, yakni strategi perencanaan dan persiapan penguatan cyber security  mengingat tempo hari ada serangan ransomeware, wannacry, dan serangan hacker yang bisa mencuri data pribadi dan dilelang di internet gelap.

“Beberapa bulan lalu pemerintah sudah membentuk badan cyber dan sandi negara dan sekarang dalam proses membangun kelembagaannya. Utamanya CEO para start up digital, tolong siapkan betul sarana cyber security Anda semuanya. Jangan sampai kejadian aplikasi digital yang sudah berhasil mengumpulkan jutaan pelanggan, dibobol dan data pelanggannya dibocorkan atau dijual ke orang-orang yang tidak bertanggung jawab, orang-orang jahat,” tutup Jokowi.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE