LogoDIGINATION LOGO

Mampukah Kecerdasan Buatan Gantikan Peran Dokter?

author Oleh Desy Yuliastuti Selasa, 6 November 2018 | 08:35 WIB
Share
ilustrasi kesehatan masa depan (Shutterstock)
Share

Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kian meningkat pesat. Tak hanya berperan di ranah hiburan dan komunikasi, jejak masa depan AI di bidang kesehatan dan kehidupan mulai terlihat. Di beberapa negara, AI ditanamkan pada alat analisis canggih untuk membantu praktisi medis di rumah sakit dalam mendiagnosis kanker dan penyakit lainnya. Hal ini membuat AI memberi kontribusi dan perkembangan signifikan di sektor kesehatan.

Melalui aplikasi, AI otomatis membantu pasien mendiagnosis keluhan penyakit secara online sebelum mereka mengunjungi dokter. Bagaimana caranya? Algoritma AI berperan memahami pola penyakit dan menguraikan data dari perangkat kemudian memberitahukan masalah kesehatan kepada pasien dan dokter pribadi.

Baca juga: 10 Teknologi Kesehatan Masa Depan

Diprediksi dalam 5–7 tahun ke depan, seiring menjamurnya startup teknologi AI menjadi elemen penting dalam membantu para profesional medis menyelamatkan nyawa seseorang. Bukan tak mungkin AI hadir ruang operasi, memberi pelayanan laboratorium klinis untuk mendeteksi sumber penyakit dengan ‘kekuatan’ yang belum pernah ada sebelumnya.

Bagaimana potensi AI di Dunia Kesehatan secara global? Riset Global Market Insights, menunjukkan pendapatan pasar AI di Amerika dalam bidang perawatan kesehatan diperkirakan akan melebihi US$ 4 miliar pada 2024, angka ini meningkat 38% dari tahun 2016 sekitar $ 320 juta.

Riset tersebut juga memperlihatkan pada periode yang sama, pendapatan pasar AI di Eropa diproyeksikan akan mencapai sekitar $ 3,8 miliar. Perusahaan pun pendapatan pasar AI global akan melampaui $ 10 miliar pada 2024 .

AI Bukan Mengambil Alih Melainkan Bekerjasama

Penggunaan robot AI-driven sebenarnya tak sepenuhnya menggantikan peran tenaga medis, tapi meningkatkan peran para dokter, ahli bedah, atau perawat. Dilansir dari Forbes, Brian Kalis direktur pelaksana kesehatan digital dan inovasi Accenture, mengatakan AI akan digunakan secara luas di rumah sakit di AS selama lima tahun ke depan. “AI mengurangi komplikasi dan kesalahan yang dapat terjadi selama operasi dan membuat masa perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat,” kata Kalis.

Perusahaannya juga memperkirakan bahwa penggunaan robot seperti itu akan menghasilkan $ 40 miliar setiap tahun untuk industri kesehatan AS pada 2026. “Ini akan berkontribusi banyak dari nilai yang diproyeksikan,” tambahnya.

Baca juga: Capek Antri ke Dokter? Coba 5 Aplikasi Ini

Menariknya, riset McKinsey menyebut dengan mengintegrasikan alat medis berteknologi AI dalam alur kerja perawatan pasien akan meningkatkan produktivitas perawat antara 30% dan 50%.

Sektor perawatan kesehatan China termasuk yang cepat menangkap dan getol mengadopsi AI. Riset terbaru dari Forrester menyebut sebanyak 20% organisasi industri kesehatan besar di China berniat untuk mengadopsi teknologi keperawatan cerdas, dan 17% akan mengadopsi robot medis dalam 3 tahun ke depan.

Teknologi AI pun turut menyumbang dalam diagnosis dan deteksi dini penyakit. AI dapat membantu mengungkapkan perincian dari mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan pemindaian lainnya. Para peneliti di Lehigh University di negara bagian Pennsylvania, AS, misalnya, baru-baru ini mengembangkan teknik deteksi penyakit berbasis AI. Inovasi tersebut menawarkan akurasi dan efisiensi screening yang lebih besar, serta dapat digunakan dengan biaya yang relatif rendah di negara-negara berkembang dengan risiko penyakit paling tinggi.

ilustrasi kesehatan masa depan (Shutterstock)

Munculnya Berbagai Kekhawatiran

Kemampuan AI mendukung berbagai aspek di sektor kesehatan menjadi lompatan besar yang dapat menghasilkan strategi pencegahan dan pendekatan perawatan yang jauh lebih efisien dan efektif, termasuk mengurangi biaya perawatan medis. Walaupun demikian, beberapa dokter yakin meskipun AI dapat melakukan berbagai hal tapi AI tidak dapat mengambil peran interaksi antarmanusia.

“Kesehatan dan perawatan kesehatan terlalu bersifat manusiawi bagi AI untuk diobati,” kata Rasu Shrestha, kepala bagian inovasi di University of Pittsburgh Medical Centre dan kepala divisi radiologi dan informatika. Menurutnya, radiologi menjadi spesialisasi yang akan terdisrupsi pertama kali oleh AI jika benar-benar diterapkan. Apakah nantinya sekolah kedokteran harus menghentikan pelatihan ahli radiologi? “Algoritma AI dapat menjadi ahli diagnostik, tapi AI tak bisa menggantikan peran dokter dalam pengambilan keputusan.”

Kekhawatiran lainnya muncul karena sebagian besar dokter tidak menyadari penggunaan AI yang digunakan di klinik berdampak di luar penelitian. Sistem kesehatan perlu mencari cara untuk melindungi privasi pasien dan melindungi diri dari tanggung jawab. Bagaimana jika AI salah?

Baca juga: Diagnosa Penyakit? Cukup Ketuk Jari di Layar Ponsel...

Joel Zivot, seorang ahli anestesi dan direktur perawatan kritis di Emory University, pun mencatat interaksi dokter dan pasien selama ini jarang diwakili teknologi kesehatan. “Hal terpenting bukan seberapa keren teknologi ini atau apakah itu menghasilkan uang bagi kapitalis ventura Silicon Valley, tapi seberapa jauh bisa memahami apa yang saya lakukan dalam membantu pasien dengan cara lebih mendalam,” jelas Zivot.

Terlepas dari dukungan atau sentimen negatif, pada kenyataannya penerapan teknologi di bidang kesehatan belum sepenuhnya mampu menggantikan peran tenaga medis. Semoga saja, dengan perkembangan AI dalam bidang kesehatan dapat lebih membantu banyak masyarakat untuk menangani berbagai permasalahan kesehatan.

  • Editor: Wicak Hidayat
  • Sumber: CNBC, Forbes
TAGS
RECOMMENDATION

10 Teknologi Kesehatan Masa Depan

Kemajuan dunia media tidak bisa lepas dari peran teknologi di dalamnya. Teknologi canggih ini membantu meningkatkan mutu perawatan kesehatan untuk lebih baik lagi. Lalu apa saja teknologi yang dimanfaatkan dalam dunia kesehatan? Berikut 10 daftarnya.

Sabtu, 3 November 2018 | 16:00 WIB
LATEST ARTICLE