Beberapa hari belakangan ini banyak pesan whatsapp “berseliweran” mengenai rencana tutupnya tabloid Bola yang legendaris itu. Tabloid yang setia menemani pembacanya sejak tahun 1984 itu akhirnya harus menyerah dengan kejamnya era digital yang melanda dunia. 23 Oktober 2018 adalah tanggal keramat yang dipilih untuk menghadirkan edisi pamungkasnya.
Banyak media “tradisional” yang sudah punya nama lebih dahulu tumbang, sebut saja koran Sinar Harapan (tempat penulis pernah aktif di dalamnya), majalah Hai, tabloid Soccer, harian Bola. Semuanya harus mengakui keunggulan informasi yang bisa didapat hanya melalui sentuhan jari di keyboard smartphone tanpa perlu menunggu hingga esok hari.
Semua itu tentunya tidak menyenangkan bagi media berita tradisional - surat kabar, televisi dan radio, terlebih media cetak yang ongkos cetaknya tidak sebanding dengan biaya produksinya. Selama bertahun-tahun media tradisional ini berjuang untuk bertahan hidup dalam pertempuran dengan media digital yang mengancam untuk mendorong mereka ke pinggiran, dan akhirnya menuruni tebing.
Baca juga: Melalui G20, Indonesia Dorong Transformasi Ekonomi Digital
Koran cetaklah yang paling mendetita, dengan pendapatan yang terus terjun bebas karena pembaca dan pengiklan mencari di tempat lain. Akibatnya penjualan telah jatuh, dengan hanya generasi yang lebih tua yang mengunjungi kios-kios koran untuk membeli salinan harian.
Akibatnya sirkulasi media cetak menukik, pemirsa TV menurun drastis dan radio dengan cepat kehilangan daya tariknya sebagai penyampai berita yang cepat, berkat “badai” informasi yang kini tersedia dalam satu klik saja. Pemberhentian besar-besaran wartawan dan eksekutif periklanan, penangguhan bahkan penutupan program menjadi imbasnya.
Para pengiklan saat ini sedang melihat - mereka mengikuti pelanggan potensial ke dunia internet yang dinamis di mana "jurnalis warga" melakukan streaming video langsung dari acara berita dan menyediakan segala macam hal menarik yang bahkan tidak dimiliki oleh media berita yang paling giat sekalipun. Karena jumlah pembaca surat kabar, pemirsa TV dan pendengar radio berkurang, akan tetapi “pengikut” di Twitter, Facebook, dan lain-lain meningkat, media-media sosial tersebut jadi tujuan baru para pengiklan.
Baca juga: Mengintip Tren Transformasi Digital Melalui “Are You Ready to Ride The Wave?”
ilustrasi hambatan di era digital (Shutterstock)
Meskipun setidaknya semua surat kabar utama memiliki edisi online sementara stasiun TV utama mencari penyelamatan dalam platform berbasis internet interaktif, tidak satupun dari mereka mampu mengalahkan kegigihan blogger dan lainnya sebagai penyampai berita utama.
Dengan adanya pertumbuhan berita dan informasi berbasis internet, termasuk media sosial, tidak berarti bahwa jurnalisme tradisional akan diganti. Sebagian besar pembaca surat kabar di tahun-tahun mendatang akan membaca harian favorit mereka secara online, dengan jumlah salinan cetak yang terus berkurang.
Dengan semua orang menjadi pencipta konten, jurnalis profesional masih mempertahankan peran penting dalam memilih dan menggunakan hanya yang signifikan dan memverifikasi untuk memastikan bahwa hanya kebenaran yang diceritakan. Jurnalis profesional yang menggunakan media sosial harus mencari bagian tweet yang relevan, atau video yang akan menentukan cerita.
“Poin penting yang perlu dicatat, meskipun digital telah mendapatkan bagian dari waktu yang dihabiskan konsumen, hal itu belum menggantikan peran media tradisional; total waktu yang diberikan konsumen untuk mengonsumsi media sebenarnya telah meningkat secara substansial. Pertumbuhan digital yang didorong oleh penurunan biaya data dan akses wifi akan menciptakan konsumen yang akan mengkonsumsi kedua-duanya, baik media tradisional maupun media digital, ujar Ravi Ganesh, Head of Strategy Havas Media di India.
Baca juga: 4 Strategi Agar Bank Bertahan di Era Transformasi Digital
Bagaimana Dengan Bisnismu?
Mengetahui cara beradaptasi dengan transformasi digital dan bertahan dari perubahan tidak pernah lebih penting. Untuk itu, coba kamu cermati 10 cara agar bisnismu dapat bertahan di era digital saat ini.
Pelangganlah yang paling utama
Untuk menjadi yang terdepan, bisnismu harus benar-benar selaras dengan apa yang sebenarnya diinginkan pelanggan. Selidiki bagaimana target pelangganmu terlibat, apakah itu di situs web, melalui e-mail atau media sosial.
Merek-merek mewah telah beradaptasi dengan cepat, mempertimbangkan bahwa 98% pembeli mereka tentunya memiliki smartphone. Mereka telah sangat fokus pada pelanggan dan menawarkan aplikasi interaktif.
Bisnismu harus selalu meningkatkan pemahaman tentang perilaku pelanggan. Fokus pada pelanggan adalah prinsip pemandu transformasi digital bisnismu agar tetap sukses.
Baca juga: Survei Fujitsu: Transformasi Digital Buat Banyak Perusahaan Rugi Miliaran Rupiah
Hindari penyembunyian data
Setiap perusahaan tidak mungkin membagikan data pelanggan mereka dengan departemen lain. Menyembunyikan di era digital adalah batu sandungan yang mencegah kemajuan. Digital bukan lagi departemen yang berdiri sendiri. Sama seperti tubuh memiliki beberapa bagian vital yang menjamin kelangsungan hidup, sebuah bisnis memiliki banyak segi kunci yang memungkinkan untuk tetap kompetitif.
Berhenti berbagi informasi dan membatasi komunikasi antar berbagai departemen hanya akan membuat bisnis mundur. Digital harus tertanam di seluruh organisasi, menyatukan tenaga kerja dengan visi dan tujuan bersama. Meruntuhkan silo adalah langkah besar untuk mengubah masa depan.
ilustrasi digitalisasi (Shutterstock)
Melacak metrik
Mendapatkan banyak suka dan komentar di media sosial mungkin tampak menggembirakan, namun sering kali hal tu tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnuya. Metrik menyesatkan ini tidak memberimu kebenaran penuh saat menyangkut keterlibatan pelanggan.
Penelitian McKinsey menunjukkan bahwa kurang dari 15% bisnis mengukur dampak inisiatif digital mereka. Daripada berfokus pada statistik media sosial, pertimbangkan Return on Experience (ROE) dan Customer Lifetime Value (CLV).
Ini memberi tahumu yang benar-benar penting - apakah pelanggan menikmati pengalaman dengan merekmu? Dengan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keterlibatan pelanggan, kamu dapat menemukan friksi dan mencari cara untuk meningkatkan ROE.
Baca juga: Transformasi Digital, Kemajuan Teknologi, dan Peran Generasi Milenial
Lakukan investasi cerdas
Menjadi digital bukan jalan satu jalur. Ada sejumlah besar pilihan yang dapat dipilih. Penting untuk mencari tahu apa yang akan memberikan pengembalian investasi terbaik pada waktu tertentu. Mungkin diperlukan lebih banyak pengeluaran untuk pelatihan dan pengembangan staf sehingga mereka memiliki keterampilan untuk beradaptasi ke masa depan digital. Atau, mungkin lebih baik berinvestasi dalam kampanye iklan media sosial.
Dengan big data, komputasi awan dan manajemen hubungan pelanggan menjadi semakin populer, tidak mudah untuk memutuskan jalan terbaik. Investasi dalam transformasi digital diprediksi mencapai USD2 triliun pada tahun 2020. Membuat pilihan yang tepat akan menghemat uang dan memperkaya bisnismu ke depan.
Jelajahi saluran yang beragam
Era digital menyediakan berbagai cara bagi konsumen untuk meneliti produk, berinteraksi dengan merek, dan melakukan pembelian secara online. Perusahaan tidak dapat mengandalkan hanya satu saluran. Sebaliknya, mereka harus mempertimbangkan setiap titik sentuhan dalam perjalanan pembeli.
Studi menunjukkan bahwa sebagian besar pelanggan melalui beberapa saluran sebelum melakukan pembelian. Hal yang lebih mengejutkan adalah bahwa pelanggan yang menggunakan beberapa saluran menghabiskan rata-rata 82% lebih banyak untuk setiap transaksi. Itu merupakan peluang besar yang tidak bisa diabaikan.
Baca juga: Microsoft: Transformasi Digital Hadapi Tantangan di SDM
ilustrasi masa depan digital (Shutterstock)
Fokus pada Kepemimpinan
Transformasi digital tidak dapat terjadi tanpa kepemimpinan. Selain itu, itu tidak dapat terjadi tanpa pemimpin yang siap untuk era digital. Deloitte mengklaim bahwa 42% perusahaan percaya bahwa mengembangkan pemimpin adalah hal yang sangat penting. Perusahaan harus memiliki pemimpin yang berpengalaman dalam praktek digital dan terbuka untuk tren dan usaha baru yang inovatif. Memiliki pemimpin yang mumpuni akan meningkatkan peluang transformasi digital yang sukses.
Tingkatkan peran big data dan machine learning
Munculnya pembelajaran mesin, ironisnya, membuat pengalaman belanja online lebih personal. Dengan memanfaatkan potensi dari wawasan data dan otomatisasi, bisnismu dapat belajar lebih banyak tentang kebutuhan pelanggan..
Ketika wakil presiden Airbus, Leonard Lee, berencana memanfaatkan potensi data yang mereka kumpulkan, dia melakukan sesuatu. Airbus telah menggunakan data ini untuk meningkatkan pengalaman pelanggan mereka melalui inisiatif seperti pemeliharaan prediktif. Ini telah membantu mereka menghemat lebih dari USD36 juta dalam 1 tahun.
Baca juga: Studi Microsoft: 85% Pekerjaan di Asia Pasifik Akan Bertransformasi
Berdayakan tenaga kerjamu
Teknologi mungkin mempunyai banyak kekuatan dan potensi, tetapi tidak ada gunanya tanpa orang-orang yang berpengetahuan di sekitarnya. Salah satu hambatan terbesar untuk transformasi digital yang dihadapi banyak perusahaan adalah mereka memiliki tenaga kerja yang tidak terampil atau berpengetahuan tentang digital.
Menanamkan budaya digital yang menumbuhkan komunikasi, pembelajaran, dan pengembangan adalah kunci bagi setiap perusahaan yang berevolusi. Ada banyak manfaat untuk memberdayakan tenaga kerjamu, seperti meningkatkan kepuasan pelanggan dan juga meningkatkan kinerja dan produktivitas tenaga kerja.
Microsoft Jepang menaklukkan tradisi yang sudah lama tertanam di negara itu untuk menerapkan teknologi cloud. Prakarsa mereka, Telework Week, membawa teknologi cloud dan mobile ke permukaan, memberikan hasil yang luar biasa termasuk 3.281 jam produktif yang diperoleh dan USD10 rbu dalam penghematan tahunan per karyawan.
semua serba digital (Shutterstock)
Melacak tren dan perkembangan digital
Tidak mudah untuk tetap di atas setiap ada perkembangan baru. Namun, perusahaan yang memiliki kecermatan akan menjadi orang-orang yang memelopori muatan ke masa depan.
Inovasi adalah keterampilan kunci bagi setiap pemimpin digital, dan dengan demikian, sangat penting bahwa perusahaan yang mengalami transformasi digital merangkul platform media sosial baru atau mengadopsi perangkat lunak intuitif.
Starbucks meluncurkan aplikasi seluler yang memungkinkan mereka menarik lebih banyak pelanggan dan membangun loyalitas merek. Hal itu membantu meningkatkan total pendapatan mereka. Aplikasi ini mencakup sistem loyalitas digital di mana keberhasilannya terus melambung dengan lebih dari 12 juta pengguna di seluruh Amerika Serikat
Baca juga: 4 Pilar Kesuksesan Transformasi Digital
Jangan menunda
Memasuki era digital, kemampuan untuk cepat beradaptasi dan mencoba hal-hal baru sangat penting. Bahkan jika gagal, terlibat dan belajar dari kesalahan adalah hal terbaik.
Riset Gartner memperkirakan hanya 30% perusahaan yang melakukan transformasi digital akan benar-benar berhasil. Dengan teknologi seperti kecerdasan buatan yang berkembang sangat cepat, tidak ada waktu yang harus disia-siakan. Perusahaan yang tidak terlibat sekarang akan ditinggalkan.
Era digital menyediakan bisnis dengan sarana untuk terhubung dengan pelanggan, menggali lebih dalam untuk benar-benar memberikan konten, produk dan layanan yang diinginkan dan dibutuhkan.
Membuat transformasi digital sangat penting untuk mengimbangi pergerakan yang cepat ke masa depan. Perusahaan harus menemukan keseimbangan antara orang dan teknologi digital untuk tetap relevan.
Futuris global, Chris Riddell percaya ini bukan hanya revolusi teknologi, tetapi juga revolusi manusia. Tidak ada waktu tersisa untuk berdebat tentang digital, mulai sekarang juga!
Baca juga: Hadapi Transformasi Digital, Riset Juga Diperlukan
- Editor: Wicak Hidayat
- Sumber: Digital Marketing Institute, Business Today, Exchange 4 Media