Usia bukan patokan untuk mendapat kesuksesan dalam bisnis. Banyak pebisnis yang memulai usaha mereka selagi muda dan meraup untung yang lumayan. Salah satu contohnya adalah duo sahabat Restu Irwansyah Setiawan dan Edo Fernando, yang merupakan founder Lakanua. Restu dan Edo memulai Lakanua yang memproduksi jam tangan unik terbuat dari bahan semen dia usia yang masih sangat muda yaitu di awal usia 20an.
Dua sekawan ini merupakan teman kuliah di Jurusan Desain Produk di Intitut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung pada 2008 silam. Ide menggarap jam tangan antimainstream sendiri berawal dari coba-coba. Restu mengaku bahwa mereka tidak pernah berniat bahwa karyanya tersebut akan jadi sebuah bisnis yang terus mereka geluti sampai sekarang.
“Sebenarnya kita tak pernah berpikir bahwa ini akan jadi sebuah bisnis, karena kita berdua berkuliah di desain produk sehingga basic kami adalah membuat karya,” tutur Restu dalam wawancara dengan Digination.id.
Menurut pemuda berusia 28 tahun tersebut, motivasi dia dan Edo mendirikan bisnis adalah untuk menyalurkan passion dan pengetahuan mereka dalam bentuk karya kreatif. “Ini adalah sebuah passion di mana kami bisa menumpahkan segalanya, terlebih keegoisan dan pengetahuan kami, ke dalam produk dan membuat sesuatu tanpa peduli siapapun,” ujar Restu.
Saat mendirikan Lakanua di tahun 2015, modal mereka hanya Rp.5 juta yang merupakan hasil patungan keduanya dan berasal dari saku pribadi. Modal itu langsung habis untuk dibelanjakan bahan-bahan mentah dan material untuk pembuatan jam tangan dari semen.
Baca juga: Jam Tangan dari Bahan Semen? Keren Juga Ya
Kini setelah berjalan hampir tiga tahun, Lakanua telah memproduksi sekitar 30 sampai 50 jam tangan per bulannya. Keuntungan yang mereka raup per bulannya pun bisa mencapai hingga Rp.20 juta rupiah.
Memulai bisnis di usia muda pasti memiliki banyak kendala dan tantangan. Restu mengungkapkan bahwa kendala terbesar yang mereka hadapi adalah menyatukan keegosian mereka berdua. “Kami sering berargumen menggunakan nada tinggi dan bersikeras walaupun tahu kita salah tapi tetep nggak mau kalah. Tapi harus tetap bersama, jangan sampe bubar Lakanua-nya,” terangnya.
Kendala kedua adalah ketakutan jika produk yang mereka buat tidak bisa memuaskan konsumen. “Ketakutan kami adalah selalu bertanya apakah produk kita sudah bagus? Karena kami selalu takut membuat kecewa orang yang memakai produk kami,” ungkapnya lagi.
Saat ditanya apa cita-cita yang ingin dicapai Restu dan Edo dengan mendirikan Lakanua, Restu mengungkapkan keinginan untuk membuat manufacturing dan sekolah tentang jam tangan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagai desainer, Restu dan Edo merasa sedih karena tidak punya tempat untuk belajar membuat jam tangan.
Baca juga: Hadapi Serbuan Produk Impor, Genjot Local Makers
Lakanua Watch
Terlebih mereka meyakini bahwa masyarakat Indonesia punya talenta dalam produk handicraft. “Karena percaya atau tidak di benak kami, orang Indonesia itu memiliki tangan emas. Semua handicraft bisa dibuat. Cuma yang disayangkan adalah kurangnya sarana edukasi dan fasilitas,” ungkap Restu.
Lalu apa pesan kedua founder Lakanua ini untuk anak muda agar berani memulai bisnis? Pertama menurut mereka adalah memulai semuanya dengan tidak terlalu banyak berfikir tentang berhasil, gagal, untung ataupun rugi. Kedua, berinvestasilah dari kegagalan karena kamu akan mendapat pengetahuan. Dan ketiga, harus berusaha konsisten dan jangan menyerah, pertahankan bila hati berkata demikian karena ujung jalan kita tak pernah tahu, serta terus berjuang.
Terakhir adalah dengan banyak-banyak membaca. “Jangan jadi siapa-siapa, pakai sudut pandang di luar kebiasaan. Selalu haus akan pengetahuan, jangan berhenti improve, selalu manfaatkan digital untuk membuat orang semakin mengenal kita. Iqro (bacalah-red.) jangan males baca dan cari info,” pungkas Restu.