LogoDIGINATION LOGO

Status Sosial dalam Tren Fesyen Streetwear

author Oleh Desy Yuliastuti Minggu, 24 Juni 2018 | 07:35 WIB
Share
Tren streetwear berangkat dari tren fesyen dunia dimulai di tahun 90-an
Share

Tren streetwear berangkat dari tren fesyen dunia dimulai di tahun 90-an. Produk streetwear yang berasal dari gaya hidup hip hop dan skate muncul dan menjadi incaran kaum muda.

Saat itu, streetwear merupakan sarana untuk menunjukkan identitas diri dan merefleksikan status sosial serta menampilkan kebanggaan dan integritas sebagai seorang individu dengan mengekspresikan diri melalui pakaian.

Di Indonesia, tren ini mulai terlihat di tahun 90-an saat era distribution outlet (distro) berjaya. Distro menjadi ruang bagi label-label dalam negeri yang memproduksi kaus, jaket, dan hoodies yang belum berani menjual labelnya sendiri, lalu menitipkannya di distro-distro.

Indonesia kini mulai kembali disemarakkan dengan label streetwear yang inovatif serta dipenuhinya acara-acara yang berhubungan dengan gaya hidup itu. Pemakainya, yaitu generasi Z menjadi konsumen utama produk streetwear.

“Mereka menilai bahwa streetwear merupakan gaya pakaian yang nyaman digunakan dan memiliki karakter. Streetwear, saat ini bukan hanya sekadar dipakai, namun juga menjadi sebuah kebanggaan bagi para pemakainya,” ujar Khairiyyah Sari, salah satu kurator fesyen Indonesia.

Dengan industri fesyen streetwear tanah air yang semakin berkembang pesat, banyak pula kesempatan bagi prosuk streetwear lokal untuk mendapat tempat di hati dunia.

Go Internasional

Peluang emas fesyen streetwear tanah air memasuki kancah global semakin terbuka lebar dengan adanya dukungan pemerintah. Melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memfasilitasi 5 label (brand) unjuk gigi di pameran streetwear terbesar Agenda Show, di Long Beach, California, Amerika Serikat.

Dalam pameran yang berlangsung tanggal 2830 Juni 2018 tersebut, Bekraf akan membawa 5 label lokal yang sudah melewati tiga tahapan kurasi oleh para kurator. Selanjutnya, kurasi tahap kedua dilakukan langsung oleh brand partnership Agenda, yaitu Richard Soto.

-

“Masyarakat cukup antusias dengan acara ini, ratusan peserta ikut berpartisipasi dengan berbagai produk mereka. Setelah melalui tiga tahapan kurasi, terpilihlah lima brand yang dirasa tepat,” tambah Khairiyyah.

Agenda Show merupakan pameran fesyen khusus kategori streetwear, action sport, denim, footwear, surfing, dan skate. Sejak digelar pertama tahun 2003, Agenda Show sudah dihadiri oleh lebih dari 10 ribu pengunjung dari berbagai negara di dunia.

“Keikutsertaan ini mencerminkan salah satu upaya Bekraf untuk terus meningkatkan fesyen sebagai sektor unggulan ekraf di Indonesia,” ujar Deputi Pemasaran Bekraf, Joshua Puji Mulia Simandjuntak.

Menurut data Outlook Ekonomi Kreatif 2017 yang diterbitkan oleh Bekraf, sub sektor fesyen merupakan salah satu sub sektor ekraf dengan nilai pendapatan terbesar pada 2016, yaitu senilai Rp 166 triliun atau berkontribusi sebesar 18,01% terhadap PDB Ekraf.

-

Secara umum, nilai ekspor produk fesyen Indonesia pada 2015 mencapai US$ 10,90 miliar, meningkat sebesar 1,84% dibandingkan ekspor di tahun 2014 dan memberikan kontribusi sebesar 54,54% terhadap total nilai ekspor sektor ekraf. Nilai tersebut menjadikan sub sektor fesyen sebagai salah satu industri yang sangat penting bagi ekonomi kreatif.

Negara tujuan ekspor terbesar produk fesyen Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai sebesar US$ 4,72 miliar, lalu di posisi kedua dan ketiga berturut-turut adalah Jepang dengan nilai ekspor US$ 943,6 juta, dan Jerman dengan nilai ekspor US$ 701 juta. Komoditas terbesar produk fesyen ke Amerika Serikat berasal dari industri pakaian jadi dari tekstil.

Adapun 5 label karya anak bangsa yang unjuk gigi di Agenda Show 2018 adalah Elhaus dengan modern menswear dan denim, Paradise Youth Club dengan inspirasi gaya hidup 90’s skate dan musik, Oldblue Co yang fokus di produksi denim, Monstore yang memiliki koleksi unisex, apparel, dan home, serta Potmeetspop asal Bandung yang berkreasi dengan aneka denim rancangan modern.

Baca juga: Bekraf Bidik Rp1000 Triliun dari Ekonomi Kreatif

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE