LogoDIGINATION LOGO

Menakar Keberhasilan Shopee

author Oleh Sukindar Senin, 16 April 2018 | 12:47 WIB
Share
Belanja online sudah menjadi budaya baru di kalangan pengguna internet
Share

Belanja online sudah menjadi budaya baru di kalangan pengguna internet. Kemudahan yang ditawarkan, dan munculnya beragam marketplace menjadi faktor penyebabnya.

Shopee merupakan salah satunya. Marketplace ini beroperasi bersama Garena dan AirPay di bawah naungan Sea Ltd, yang menjangkau wilayah Asia Tenggara dan Taiwan.

Berdasarkan SEA, platform toko online ini mencapai rata-rata 5, 9 juta pembeli setiap bulannya pada kuartal ketiga tahun 2017 (Q3 2017), dengan rata-rata 3,7 order per pembeli aktif dan rata-rata nilai order sebesar USD 16,20.

Di sisi lain, platform ini juga memiliki rata-rata penjual aktif 1,9 juta per bulannya, dengan jumlah daftar aktif produk dijual mencapai 180 juta berdasarkan laporan theSundaily.

Kesuksesan ini tidak terlepas dari strategi yang digunakan oleh Shopee dalam menyasar pengguna, baik pembeli maupun penjualnya.

Dalam laporan yang berjudul "Shopee: Localizing Ecommerce in Southeast Asia and Taiwan", sebuah firma riset dan penasehat pemasaran Econsultancy membahas strategi yang digunakan oleh Shopee secara mendetail.

Perusahaan tersebut mengulas lebih khusus seputar strategi Shopee dalam meningkatkan keterlibatan pengguna di wilayah operasinya.

Strategi Shopee

Sejak pertama kali berdiri, Shopee memang berusaha menjadi marketplace yang berbeda dari lainnya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan tiga strategi utama andalannya.

Pertama, Shopee lebih fokus pada pengembangan aplikasi perangkat selulernya untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih cepat dan intuitif.

Dengan menggunakan pendekatan ini, Shopee ingin memanfaatkan keuntungan pertumbuhan lanjutan dalam penetrasi pelanggan seluler dan adopsi smartphone di wilayah operasinya.

Berdasarkan data SEA, 93% order di Q3 2017 merupakan transaksi melalui aplikasi selulernya. Dan menariknya, AppAnnie menunjukkan aplikasi seluler Shopee selalu menduduki puncak pasar di toko aplikasi.

Yang kedua, Shopee melakukan pendekatan lokalitas untuk memberikan pengalaman belanja online yang terbaik dan relevan, baik bagi pembeli maupun penjualnya.

Wilayah operasi Shopee sudah sangat luas, dengan jangkauan ragam budaya dan lingkungan sosial yang sangat beragam.

Pada masing-masing wilayah pasar, Shopee akan menampilkan promosi dan tata letak aplikasi yang dibangun hyperlocalized.

Baca Juga:
Mengintip Ambisi Global E-Commerce Indonesia

Selain itu, Shopee juga memanfaatkan dukungan selebriti lokal, dan memahami tentang kebiasaan pengguna dalam menggunakan aplikasi miliknya.

Di Indonesia, Shopee juga menyasar pasar dengan festival belanja miliknya, yang pada tahun 2016 berhasil meningkatkan transaksi hingga 350% dibandingkan dengan rata-rata transaksi hari biasa.

Yang ketiga, Shopee juga memberikan layanan tambahan untuk memberikan nilai tambah pada pengalaman berbelanja melalui platform-nya. Hal ini termasuk Shopee Guarantee dan Live Chat.

Selain itu, Shopee juga melakukan pendekatan pengguna melalui komunitas, dan media untuk menyentuh para pengguna, seperti iklan televisi, billboard, dan banner.

Model Pendapatan

Secara umum, penjual dapat memajang produk jualannya secara gratis di platform marketplace ini. Tidak ada biaya tambahan apapun sampai dengan saat ini.

Lalu dari mana Shopee memperoleh pendapatan? Jawabannya adalah Shopee melakukan monetasi dengan cara yang berbeda-beda.

Di wilayah Taiwan, Shopee membebankan biaya komisi sebesar 0,5 hingga 5 persen tergantung kategori untuk semua transaksi jual beli yang telah selesai.

Di Indonesia, Shopee melakukan monetasi dengan menawarkan opsi iklan dengan pembiayaan tiap klik pada iklan unggulan yang akan ditampilkan di hasil pencarian pengguna.

Ekosistem Industri

Lokalitas menjadi pendekatan yang cukup ditekankan oleh Shopee. Oleh karenanya, Shopee juga memberikan inisiatif untuk membantu para wirausahawan memulai bisnisnya.

Shopee telah menyediakan akun pengelola khusus yang didedikasikan untuk membantu para penjual dalam menggunakan Shopee, termasuk memberikan saran dan tip berjualan di Shopee.

Pada tahun 2015, Shopee juga telah merilis Shopee University untuk membantu para wirausahawan lokal mengelola toko online miliknya.

Shopee University berisi kumpulan serial modul tutorial, yang terbagi dalam tiga tingkatan, yakni beginner, intermediate, dan advanced, yang berisi beragam topik, seperti Pemasaran Online, Operasi, dan Fotografi.

Shopee juga telah mengadakan Shopee University Roadshow yang berisi sesi pendidikan dan berbagi mengenai masalah bisnis di tahun 2017.

Shopee Seller Center juga dapat menjadi fitur yang cukup membantu, termasuk dalam menjamin keamanan produk-produk penjual melalui perlengkapan Seller Assistant.

Ekosistem Industri ini juga dibangun dari sisi pembeli. Shopee memberikan garansi melalui Shopee Guarantee, yang akan memberikan perlindungan kepada pembeli.

Baca Juga:
shopee Nyatakan 70% Penjualnya adalah UMKM

Pihak Shopee akan menahan sementara pembayaran transaksi untuk penjual, sampai pembeli memberikan konfirmasi barang sudah diterima dan sesuai dengan kondisi yang ditawarkan.

Dengan garansi ini, para pembeli juga dapat mendiskusikan ulang, jika barang tidak sesuai dengan yang ditawarkan atau barang tidak sampai kepadanya.

Shopee juga telah merilis Shopee Mall pada Juli 2017, untuk memastikan pembeli mendapatkan barang resmi melalui toko resmi dari merek dagang tertentu maupun Top Seller Shopee.

Kesuksesan dan Rencana ke Depan

Mengukur keberhasilan sangat perlu untuk melihat seberapa jauh strategi berhasil digunakan. Dalam laporan Econsultancy, Shopee dinyatakan telah berhasil, baik secara kualitas dan kuantitas.

Kuantitas diukur berdasarkan jumlah transaksi, kunjungan, penjual, dan jumlah merek yang tercakup dalam media sosial dan media tradisional selama kampanye atau menjalankan strategi.

Kualitas dilihat dari Umpan balik yang diminta Shopee dari pengguna melalui berbagai titik kontak pelanggan, seperti layanan konsumen, komentar di media sosial Shopee, dan lain sebagainya.

Head of APAC Marketing dari Magento Nicholas Kontopoulos juga menyebutkan, Shopee telah berhasil dalam dua hal, yakni dalam membuat lokalitas konten dan pendekatan mobile-first miliknya.

Secara umum, Shopee memiliki dua tantangan besar dalam setiap menjalankan strateginya. Pertama adalah masalah keseimbangan antara strategi pemasaran offline dan online dalam berkomunikasi dengan pengguna.

Kedua, berkaitan dengan hyperlocalizing kontennya untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya di ranah sosial dan budaya yang sangat beragam.

CEO Shopee Chris Feng menguraikan, Shopee akan terus fokus pada inovasi platform-nya dan diversifikasi berbagai macam produknya di masa mendatang.

Feng juga menegaskan, perusahaan tetap berkomitmen untuk membantu pertumbuhan wirausahawan dan merek lokal.

Bagi Feng, pihaknya juga akan terus mendorong batasan e-commerce untuk menjadi tujuan belanja online terkemuka di kawasan Asia Tenggara dan Taiwan.

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE