LogoDIGINATION LOGO

Tiga Fintech Komitmen Beri Solusi Pembiayaan Pendidikan

author Oleh Desy Yuliastuti Selasa, 3 April 2018 | 13:41 WIB
Share
Jumlah masyarakat yang berhasil meraih pendidikan tinggi di Indonesia masih dianggap sangat rendah
Share

Jumlah masyarakat yang berhasil meraih pendidikan tinggi di Indonesia masih dianggap sangat rendah. Bahkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan setiap tahunnya kenaikan biaya pendidikan rata-rata mencapai 10 persen. Kenaikan ini menjadi hambatan bagi masyarakat mengakses pendidikan tinggi.

Masalah tersebut membuat tiga startup fintech yang bergerak di lending, Dana Cita, DANADidik, dan KoinWorks, berkomitmen menjadi solusi pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa. Komitmen makin masif setelah Presiden Joko Widodo meminta institusi keuangan mengembangkan produk keuangan yang menyediakan solusi bagi pembiayaan pendidikan.

Berbeda dengan strategi yang dilakukan perbankan, seperti BRI dan BNI yang menyalurkan pembiayaan pendidikan bagi pelajar (student loan) untuk rata-rata jenjang S2 hingga S3 yang notebene sudah bekerja, ketiga fintech ini lebih “berani” dengan menyasar target mahasiswa mulai jenjang diploma. Jenjang tersebut relatif mengandung risiko kredit macet lebih besar sehingga dihindari perbankan.

Baca juga: Transformasi Digital, Kemajuan Teknologi, dan Peran Generasi Milenial

Co-Founder Dana Cita, Susli Lie menyatakan, Dana Cita memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan hingga 100% dari biaya kuliah. "Dengan jangka waktu pinjaman hingga enam tahun dan pembayaran bulanan yang ringan," kata Susli di Chubb Square, Jakarta, Selasa, (3/4/2018).

Sejak awal 2017, menurut Suslie, Dana Cita telah membiayai sekitar 50 mahasiswa dan bekerja sama dengan 27 PTN dan PTS, termasuk di antaranya UI, ITB, IPB, PNJ, dan STMIK untuk penyaluran dana. Berdasarkan pengalaman memimpin proyek pembiayaan pendidikan di negara berkembang bagi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, Susli percaya fintech pendidikan akan memiliki peluang untuk tumbuh untuk mengatasi gap yang ada.

“Total APBN untuk sektor pemerintah adalah 20%, namun keseluruhannya masih menyasar untuk pendidikan dasar dan menengah. Bagaimana dengan pendidikan tingginya? Itu butuh peran dari swasta, maka dari itu fintech hadir untuk bantu menyelesaikan masalah tersebut,” ucap Susli.

Harap Dukungan Pemerintah

Berbeda dengan Dana Cita yang mencairkan biaya langsung melalui institusi pendidikan, DANADidik menjaring pinjaman dari investor melalui sistem crowdfunding dengan tenor maksimal empat tahun. Co-Founder Dana Didik Dipo Satria Ramli mengatakan perusahaannya memiliki tiga produk pembiayaan, yakni untuk program pendidikan di bidang kesehatan, teknologi, dan pinjaman pendidikan umum.

"Kami juga bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri dan swasta, dan fokus di D3, S1, dan S2 dengan target menengah ke bawah. Bagi yang belum berpenghasilan, mahasiswa cukup membayar pokok pinjamannya saja. Setelah berpenghasilan ada sharing income kisaran 10%-30% tergantung besaran pendapatan ," tutur Dipo.

Sementara itu, KoinWorks menghubungkan peminjam dengan pemberi dana secara online atau Peer to Peer (P2P) lending. "Salah satu produk kami saat ini adalah KoinPintar, dan kami bekerja sama dengan beberapa universitas di wilayah Jabodetabek dan beberapa kursus dari berbagai macam industri untuk dapat memberikan solusi pembayaran kuliah dalam bentuk angsuran atau biaya kuliah yang lebih murah dan lebih fleksibel," kata Co-Founder KoinWorks, Benedicto Haryono.

Baca juga: Menkominfo Sebut Aplikasi Pendidikan dan Kesehatan ‘Lahan Basah’ untuk Startup

Dalam memberikan penyaluran ke sektor pendidikan, selama ini KoinWorks mengandalkan sumber dana dari institusi luar negeri, seperti dari Jepang dan Hong Kong, sebagai investor. Target utama KoinWorks, lanjut Benedicto, menyasar sektor pendidikan nonformal (kursus singkat) dan sektor formal (perguruan tinggi).

Menyoal menghadapi kredit macet, baik Dana Cita, DANAdidik, dan KoinWorks sepakat mengkaji terlebih dahulu profil peminjam dan kemampuan membayar. Bahkan Dana Cita mensyaratkan pemohon memiliki penjamin pendukung, seperti orang tua atau saudara. Apabila peminjam terlambat membayar, fintech juga melihat faktor keterlambatan dan mencari win win solution, termasuk kelonggaran tenggat waktu.

Tiga fintech ini pun mengharapkan dukungan pemerintah agar masyarakat mendapatkan solusi keuangan dan kesempatan meraih pendidikan tinggi. Mereka meminta pemerintah memberi insentif berupa keringanan pajak, bantuan pendanaan agar tenor lebih panjang, dan sebagainya.

“Tentunya kalau ada insentif akan lebih menyenangkan buat investor dan perusahaan, kalau ada peringanan PPh tentunya akan lebih senang,” tutur Benedicto.

Baca juga: Demi Mencapai Target Ekonomi Digital 2020, Pemerintah Indonesia Concern ke Sumberdaya Manusia

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE