LogoDIGINATION LOGO

Direktur Shopee: E-commerce Nggak Butuh Banyak Pemain

author Oleh Ana Fauziyah Kamis, 22 Maret 2018 | 07:01 WIB
Share
Munculnya banyak pemain e-commerce di Indonesia membuat iklim e-commerce menjadi sangat meriah
Share

Munculnya banyak pemain e-commerce di Indonesia membuat iklim e-commerce menjadi sangat meriah. Para pemain tersebut berlomba-lomba menggaet konsumen untuk memperoleh ceruk pasar yang sangat potensial di Indonesia.

Handika Jahja, Direktur Shopee Indonesia menilai perkembangan e-commerce di Indonesia saat ini sedang pesat-pesatnya. “Perkembangan e-commerce dari segi player, supplier, logistik itu berkembang terus. Kita bisa lihat dari nilai transaksi, jumlah transaksi, jumlah player dan market. Semua lagi in a good growth, lagi in a good racing track,” ujar Handika saat tim Digination.id berkunjung ke kantor Shopee Indonesia di Pasific Century Place di Jakarta pada hari Rabu (21/3) kemarin.

Soal peta persaingan antarpemain e-commerce, Handika melihat banyak pemain e-commerce yang sedang melakukan konsolidasi satu sama lain. Kemungkinan ke depan nanti, e-commerce di Indonesia tidak akan diwarnai oleh banyak pemain. Namun hanya dikuasai oleh beberapa pemain besar, sementara pemain-pemain kecil akan bergabung.

E-commerce sebagai sebuah bisnis yang nggak cuma ke sebagian orang Indonesia tapi kan facing ke seluruh orang Indonesia. Biasanya bisnis-bisnis yang menyasar ke semua orang seperti Google, seperti Facebook itu akhirnya nanti hanya akan ada satu dua player yang besar, yang kecil-kecil bisa bergabung,” papar Handika.

Pasalnya, lanjut Handika, kalau di market yang segmented bisa memberi ruang bagi banyak pemain karena masing-masing punya target sendiri-sendiri. Namun, di market yang menyasar ke semua orang, biasanya di akhir tinggal menyisakan pemain-pemain besar. “Kita lihat contohnya di US (Amerika Serikat) ada Amazon dan e-Bay, lalu di Cina ada Alibaba, ada JD. Jadi untuk long run-nya di Indonesia, kita akan lihat nanti seperti apa,” ujarnya.

Lalu susahkah jika ada pemain e-commerce baru yang memasuki pasar Indonesia? Menjawab pertanyaan tersebut Handika mengatakan, “Saya nggak bisa komentar nggak mungkin bisa lagi. Namun sekarang kalau dari growth chart, kita lagi di masa exponential growth. Ya, berarti harus bersaing dengan pemain-pemain yang sudah build-up selama beberapa tahun.”

Jika dibandingkan saat pertama kali Shopee masuk ke Indonesia tiga tahun lalu, kondisi e-commerce di Indonesia saat ini lebih susah ditembus bagi pemain baru.  “Pasti jauh lebih susah dibanding tiga tahun lalu seperti kita pas awal masuk. Meskipun sudah exponential growth tapi keadaannya masih landai. Jadi kita masih ada waktu untuk catch-up dibanding sekarang,” tutur Handika.

Saat awal memasuki Indonesia, Shopee melakukan banyak strategi dengan melihat kondisi pasar terlebih dahulu kemudian merespon kebutuhan-kebutuhan yang ada. Tahun 2015 lalu memang sudah banyak pemain e-commerce, tetapi Shopee melihat belum ada yang menguasai marketshare yang besar.

“Jadi masih banyak yang di Facebook, di Instagram. Kalau dilihat opportunity-nya waktu itu belum banyak orang yang mengenal e-commerce platform atau marketplace. Jadi kita masuk memperkenalkan, menggaet penjual dan UMKM-UMKM yang dulunya berjualan online di Facebook untuk pindah ke Shopee. Dan itu jadi salah kunci utama kita untuk tumbuh,” terang Handika.

Untuk strategi Shopee di dunia e-commerce Indonesia ke depan, Handika mengungkapkan ada dua hal utama yang masih terus diperbaiki yaitu soal logistik dan payment. “Kita coba pecahkan itu, bagaimana kita bisa kasih barang yang lebih murah, lebih cepat sampai, juga menyediakan payment platform yang istilahnya lebih mudah digunakan,” ujarnya.

Payment dan logistik itu bisa dibilang dua faktor utama pendukung e-commerce. Selain penjual dan pembeli, kedua pilar itu yang harus kita improve,” tegas Handika.

 

Baca juga: Shopee Nyatakan 70% Penjualnya UMKM

  • Editor: Wicak Hidayat
TAGS
LATEST ARTICLE