Rupiah Tertekan: Dampak dan Strategi Bisnis di Tengah Gejolak Global

Oleh: Peter Rotti
Selasa, 15 April 2025 | 14:33 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan signifikan pada April 2025, dipicu oleh ketegangan perdagangan global dan kebijakan domestik. Puncaknya terjadi pada Senin, 7 April 2025 pukul 10.43 WIB, ketika rupiah menyentuh level Rp17.261 per dolar AS menurut data Refinitiv. Angka ini tercatat sebagai posisi terendah dalam sejarah nilai tukar rupiah. Lantas strategi apa yang harus dilakukan pemilik usaha untuk menghadapi tantangan ekonomi global saat ini?

Respons Bank Indonesia dan Pemerintah

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah merespons cepat dengan serangkaian intervensi agresif di pasar valuta asing dan obligasi. Langkah-langkah tersebut meliputi intervensi di pasar spot, Non-Deliverable Forward (NDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. BI juga mengalokasikan dana sebesar 2-3 miliar dolar AS untuk intervensi pada April 2025, sebagai sinyal kuat kepada pasar dan untuk menjaga ekspektasi serta mengurangi tekanan spekulatif. 

Di sini pemerintah Indonesia memilih pendekatan diplomatik dengan mengirim delegasi tingkat tinggi ke Amerika Serikat untuk merundingkan pengurangan tarif dan peningkatan ekspor, daripada melakukan tindakan balasan.​

Baca juga: Cara Dapatkan Cuan dari YouTube, TikTok, Facebook Pro, dan Platform Lain

Dampak Terhadap Dunia Usaha

Pelemahan rupiah tentu berdampak langsung pada biaya impor dan tekanan terhadap sektor bisnis. Banyak pelaku usaha mulai menahan pembelian barang impor yang tidak esensial dan menghadapi tantangan dalam melakukan lindung nilai (hedging) akibat volatilitas tinggi. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok 9,2% pada 8 April 2025, memicu penghentian perdagangan sementara selama 30 menit. 

Menariknya, dalam situasi ketidakpastian ini, masyarakat beralih ke emas sebagai aset lindung nilai. Penjualan emas di Galeri24 meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 65 kg per hari, sementara Pegadaian melaporkan lonjakan tabungan emas mencapai 84 kg dalam satu hari. 

Strategi Bisnis di Tengah Ketidakpastian

Dalam menghadapi volatilitas rupiah pelaku usaha dapat mempertimbangkan strategi berikut:

  1. Diversifikasi Pasar

Jika kamu pelaku UMKM ekspor, jangan hanya bergantung pada satu negara tujuan. Cari peluang di pasar alternatif yang lebih stabil atau minim hambatan perdagangan. Misalnya, pelaku usaha yang bergerak di bidang fashion bisa mulai menjajaki pasar Asia Tenggara yang permintaannya cukup konsisten dan logistiknya lebih efisien.

  1. Efisiensi Operasional

Review ulang rantai pasok. Bisa dimulai dari hal sederhana seperti memprioritaskan bahan baku lokal, mengurangi production waste, atau menggabungkan pengiriman barang agar ongkos logistik lebih hemat.

Baca juga: 4 Kontribusi Open-Source untuk Bisnis di Era Tranformasi Digital dan AI

  1. Manajemen Risiko Valas

Untuk yang rutin bertransaksi dengan luar negeri, kenali opsi hedging sederhana. Banyak bank atau fintech kini menawarkan layanan lindung nilai yang mudah diakses oleh UMKM. Paling tidak, kamu bisa punya bayangan kurs di masa depan dan merencanakan keuangan lebih tenang.

  1. Investasi pada Aset Stabil

Diversifikasi keuangan juga penting. Tidak melulu harus besar, beberapa UMKM mulai menyisihkan sebagian keuntungan untuk investasi logam mulia atau aset digital yang relatif stabil nilainya dalam jangka panjang.

Dengan langkah-langkah strategis dan responsif, kamu dapat lebih siap menghadapi tantangan ekonomi global dan menjaga keberlanjutan bisnis.