Meskipun pohon memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida (CO2), kenyataannya adalah bahwa peran mereka tidak mampu menangkap sejumlah besar CO2 yang dilepaskan saat ini.
Dalam upaya mencapai net zero emission pada 2060, Indonesia berambisi mengembangkan teknologi Carbon Capture and Storage(CCS) dan membentuk hub CCS. Oleh karena itu, solusi inovatif seperti CSS diharapkan hadir untuk memerangi peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer.
Carbon Capture and Storage (CCS) adalah teknologi yang dapat memerangi perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon dioksida (CO2). Lantas bagaimana teknologi ini bekerja?
Baca juga: Direct Air Capture (DAC) Bisa Atasi Pemanasan Global, Benarkah?
Mengutip dari Indozone Tech, International Energy Agency (IEA), ide di balik CCS adalah untuk menangkap CO2 yang dihasilkan dari proses industri dan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil.
CCS memainkan peran penting dalam mencapai tujuan mengurangi risiko pemanasan global dengan mengurangi emisi CO2 dari industri yang sulit untuk melakukan proses dekarbonisasi seperti pembangkit listrik, pabrik baja, dan pabrik semen yang masih menggunakan bahan bakar fosil dalam proses produksinya.
CO2 yang ditangkap kemudian diangkut dan disimpan dengan aman di bawah tanah untuk mencegahnya memasuki atmosfer. Dengan demikian, kadar CO2 di atmosfer dapat berkurang dan dapat mengurangi risiko pemanasan global.
Pemerintah, industri, dan organisasi lingkungan hidup di seluruh dunia secara aktif terlibat dalam pengembangan dan penerapan teknologi CCS. Seiring dengan meningkatnya urgensi untuk mengatasi perubahan iklim, CCS semakin mendapat perhatian sebagai salah satu solusi penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Bagaimana Teknologi CCS Bekerja?
Dikutip dari National Grid, proses CCS melibatkan tiga langkah utama, yaitu: penangkapan (capture), pengangkutan (transport), dan penyimpanan (storage):
1. Penangkapan (Capture): Gas CO2 akan dipisahkan dari emisi gas lain yang dihasilkan dalam proses industri. Seperti misalnya gas emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan gas alam, atau pabrik baja atau semen.
2. Pengangkutan (Transport): Gas CO2 kemudian dikompres atau dipadatkan dan diangkut melalui pipa, transportasi darat, atau kapal ke lokasi penyimpanan.
3. Penyimpanan (Storage): Terakhir, CO2 yang telah dipadatkan akan disimpan ke dalam formasi batuan jauh di bawah tanah untuk penyimpanan secara permanen.
Baca juga: Ekonomi Sirkular, Langkah Menuju Ekonomi yang Berkelanjutan
Mengapa CCS Penting untuk Mencegah Pemanasan Global?
Mengutip dari National Grid, The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyoroti bahwa jika seluruh negara ingin mencapai ambisi Paris Agreement dan membatasi kenaikan suhu di masa depan hingga 1,5°C, seluruh pihak harus melakukan lebih dari sekadar meningkatkan upaya untuk mengurangi emisi.
Seluruh pihak yang terlibat juga perlu menerapkan teknologi untuk mengurangi kadar karbon dari atmosfer. CCS adalah salah satu teknologi yang dapat menjadi solusi dan oleh karena itu dapat memainkan peran penting dalam mengatasi pemanasan global.
Hal ini menjadikan CCS sebagai aset berharga dalam transisi menuju perekonomian yang rendah karbon dan memastikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.
Sumber: