Sebagian pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) menyadari bahwa kebutuhan untuk berinovasi dan berinvestasi di bidang teknologi sangat diperlukan dalam menghadapi era industri digital.
Melalui riset yang diselenggarakan akan oleh United Overseas Bank (UOB), EY dan Dun & Bradstreet, terungkap bahwa bahwa tiga dari lima atau 60% UKM di ASEAN akan memfokuskan investasi mereka pada teknologi dibandingkan aset tetap lainnya pada tahun 2018 untuk membantu mendorong kinerja bisnis.
Dilansir dari Digital News Asia (Kamis, 22/2), riset bertema ASEAN SME Transformation Study tersebut menyebutkan 78% UKM di ASEAN mengatakan bahwa mereka akan berinvestasi secara khusus dalam perangkat lunak seperti memperbaiki website mereka dan membuat aplikasi mobile.
Mereka percaya bahwa inovasi semacam itu akan memungkinkan mereka menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih baik dan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Bahkan 63% persen UKM di Singapura menganggap inovasi teknologi dan digitalisasi sama pentingnya dengan investasi aset seperti pabrik dan mesin.
Liew Nam Soon, Managing Partner EY Asean Markets, Ernst & Young Advisory Pte Ltd. mengatakan, “Ada peluang yang signifikan bagi UKM di kawasan ini untuk meningkatkan kemampuan digital mereka. UKM biasanya berhati-hati dalam mengadopsi teknologi mutakhir. Tapi itu berubah ketika mereka melihat perkembangan otomatisasi, robotika, kecerdasan buatan, 3D printing dan lain-lain.”
“Ke depan, para UKM perlu mencari talenta dengan pengalaman mumpuni di bidang digital, seperti spesialis data dan analis untuk membantu mereka mentransformasikan diri secara efektif ke arah digital,” imbuh Liew Nam Soon.