Tahun 2018 akan menjadi tahun politik dan banyak pihak yang memprediksi akan terjadi sedikit penurunan terhadap laju saham di Indonesia. Namun harapan positif masih ada bagi kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) karena pasar modal Indonesia dinilai telah cukup kebal dan teruji dalam menghadapi kondisi ekonomi di tahun 2004, 2009, dan 2014.
Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia mengatakan, “Faktor makro tentunya meliputi bagaimana report negara kita, terutama terkait dengan stabilitas nilai rupiah, tingkat inflasi, pengelolaan fiskal, dan faktor fundamental perusahaan,” ujarnya dikutip dari siaran resmi (Rabu, 21/2).
Menurut Samsul, faktor yang berkontribusi dalam pergerakan bursa saham, khususnya di Indonesia, terbagi dalam faktor makro dan mikro. Ia juga menjelaskan pertumbuhan positif pasar modal Indonesia. Pada 2012-2017 tingkat IHSG tumbuh sebesar 7,1% per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan IHSG, aktivitas transaksi pada 2012-2017 pun tumbuh dari Rp4 triliun ke Rp7,5 triliun.
Dari sektor eksternal, Amerika Serikat masih menjadi kiblat capital market. Kekhawatiran terhadap presiden baru AS serta kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam hal menurunkan suku bunga dan menaikkan pajak yang awalnya menjadi pertimbangan bagi para investor, ternyata tidak terbukti, malah cukup prudent dalam menjalankan pemerintahan.
Kebijakan AS untuk meningkatkan suku bunga dan menaikkan pajak yang diperkirakan akan menarik dana-dana global akan menjadi kalkulasi para investor. Mereka cenderung akan mengamankan investasi mereka di emerging markets dan akan sangat berhati-hati dalam profit taking.
Kemudian, pertumbuhan investor domestik dalam dua tahun terakhir mencapai 200 ribu, dari yang sebelumnya sebanyak 400 ribu investor, menjadi 600 ribu investor. Hal ini membuat kinerja Bursa Efek Indonesia semakin baik.
“Daya serap pasar domestik kita cukup baik. Mungkin ini merupakan impact dari kegiatan tax amnesty yang dibuat oleh pemerintah waktu itu, di mana dana-dana tax amnesty dimanfaatkan atau dimasukkan ke sektor pasar modal,” terang Samasul. Kondisi ini diharapkan mampu membuat pasar modal Indonesia lebih stabil terhadap perubahan-perubahan pasar dunia.