Unit mikro kecil dan menengah (UMKM) diyakini akan menjadi salah satu sektor penting di era perdagangan bebas. Setidaknya sekitar 88,8 persen hingga 99,9 persen pilar usaha di ASEAN adalah UMKM, yang menyerap 51,7 persen hingga 97,2 persen tenaga kerja di ASEAN.
Pesatnya pertumbuhan e-commerce juga membuka peluang bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk bertransformasi. Di Indonesia saat ini terdapat tak kurang dari 57-60 juta pelaku UMKM, tapi saat ini baru 7 persen saja yang go online.
Demi mendorong UMKM go online dan mampu memanfaatkan keberadaan e-commerce untuk memaksimalkan penjualan, Wini Purwanti dari Departemen pengembangan UMKM Bank Indonesia (BI) memaparkan rekomendasi BI kepada pemerintah, lembaga terkait dan pelaku e-commerce.
Beberapa poin rekomendasi tersebut dipaparkan Wini saat acara Diskusi Publik “E-commerce Ecosystem Outlook 2018” di Jakarta kemarin (Senin, 19/2), sebagai berikut:
1. Edukasi bagi UMKM, khususnya penguatan persepsi dan motivasi UMKM tentang manfaat e-commerce, pengenalan teknologi informasi, mekanisme pemasaran dan promosi online, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kepercayaan (trust) konsumen.
2. Pendampingan secara kontinyu bagi UMKM yang telah memasarkan produknya secara online.
3. Pengembangan infrastruktur pendukung antara lain sarana/prasarana, jaringan komunikasi dan logistik.
4. Perusahaan penyedia platform (online marketplace) perlu meningkatkan fitur-fitur yang mudah dipahami dan memberikan edukasi secara berkala untuk meningkatkan kemampuan UMKM dalam mempromosikan produknya.
5. Sinergi program dengan stakeholders terkait untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi UMKM Indonesia untuk masuk ke e-commerce.