Merespon wacana yang dilontarkan pelaku e-commerce mengenai kelangkaan tenaga ahli di sektor digital, Mira Tayyiba, Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kemenko Perekonomian mengatakan bahwa hal tersebut juga menjadi perhatian pemerintah. Beberapa upaya telah dilakukan antara lain dengan mendorong dibukanya program studi mengenai bisnis digital di pendidikan tinggi.
Respon dunia pendidikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dinilai agak terlambat. Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung menjadi intitusi pertama yang membuka program studi Bisnis Digital pada jenjang sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Program studi tersebut pun baru dibuka pada tahun akademik 2018/2019 nanti.
Sedangkan kehadiran tenaga-tenaga ahli di bidang digital sangat mendesak untuk mendukung pertumbuhan e-commerce Indonesia yang sangat potensial, terlebih untuk mewujudkan ambisi pemerintah menjadikan ekonomi digital sebagai tulang punggung perekonomian nasional pada tahun 2020.
Menyikapi hal tersebut, Mira mengajak para warga negara Indonesia yang berkarier di luar negeri untuk kembali dan ikut membangun Indonesia. “Pemerintah berupaya menarik diaspora yang sudah berkecimpung di bisnis ini untuk pulang kampung,” ujarnya saat acara Diskusi Publik bertajuk “E-commerce Ecosystem Outlook 2018” yang diselenggarakan oleh Digination.ID bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta hari ini (Senin, 19/2).
Mira juga mengungkapkan bahwa pemerintah tidak anti terhadap tenaga ahli asing jika memang kebutuhannya tidak mampu dipenuhi oleh tenaga lokal. “Yang pasti harus yang berkemampuan tinggi,” tegas Mira.