Kecepatan transformasi digital kini meningkat mengingat banyak perusahaan melihat peningkatan manfaat sebesar 20 - 30% di berbagai bidang bisnis yang berasal dari inisiatif digital. Studi terbaru yang dilakukan Microsoft dengan IDC Asia/Pacific yang bertajuk “Membuka Dampak Ekonomi Transformasi Digital di Asia Pasifik” menunjukkan bahwa para pemimpin mengalami peningkatan manfaat sebesar dua kali lipat dari para kompetitornya, dan peningkatan ini akan lebih terasa pada tahun 2020.
Studi tersebut juga menganjurkan perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi strategi agar menjadi pemimpin dalam era transformasi digital sebagai berikut, seperti dikutip dari keterangan resmi Microsoft (Rabu, 14/2):
1. Ciptakan budaya digital
Suatu organisasi perlu membangun budaya kolaborasi di mana ia terhubung ke seluruh fungsi dalam bisnisnya, dan memiliki ekosistem pelanggan dan mitra yang dinamis dan matang. Data kemudian dapat dicakup di seluruh organisasi dan segala fungsi, di mana keputusan yang lebih baik dapat dibuat dan pada akhirnya melayani kebutuhan pelanggan serta mitra dengan lebih baik.
2. Membangun ekosistem informatif
Dalam dunia digital, organisasi menangkap lebih banyak volume data secara internal maupun eksternal. Kunci untuk menjadi pemimpin adalah agar organisasi dapat mengubah data menjadi sebuah aset modal, dan memungkinkan berbagi data serta kolaborasi internal dan eksternal secara terbuka namun tepercaya. Selain itu, strategi data yang tepat akan memungkinkan perusahaan memulai inisiatif artificial intelligent (AI) mereka untuk mengidentifikasi koneksi, wawasan, dan tren.
3. Rangkul revolusi mikro
Biasanya, usaha transformasi digital tidak dimulai dengan perubahan yang luas, namun secara serangkaian revolusi mikro. Ini merupakan proyek kecil dan cepat yang memberikan hasil bisnis yang positif dan menghasilkan inisiatif transformasi digital yang lebih besar dan berani.
4. Mengembangkan Future Ready Skills Bagi Tiap Individu dan Organisasi
Organisasi-organisasi saat ini harus mempertimbangkan kembali pelatihan dan peningkatan kemampuan (reskilling) tenaga kerjanya sehingga para pekerja dilengkapi dengan keahlian yang matang di masa depan, seperti pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kritis dan kreativitas di sektor ekonomi digital.
Yang lebih penting lagi, mereka perlu menyeimbangkan tenaga kerja untuk menarik key digital talents, serta terbuka dalam menciptakan sumber kerja yang fleksibel, di mana mereka memasuki pasar berbasis ketrampilan.
Dari perspektif kecakapan digital, studi terbaru LinkedIn menguraikan poin-poin dari bakat digital yang dibutuhkan untuk perekonomian di masa depan di wilayah ini (artificial intelligence, big data and cloud computing). Di Indonesia, keterampilan yang kini berada dalam demand yang tinggi adalah big data, komputasi awan, serta pengujian pengguna serta perangkat lunak.