Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan insentif khusus bagi perusahaan yang melakukan riset bagi perkembangan ekonomi digital. Hal ini menyikapi kekhawatirannya mengenai kontribusi produk lokal yang masih sangat minim dibanding produk-produk dari luar negeri.
“Kontribusi UMKM terhadap perdagangan online hanya 6-7 persen. Ini kan cukup riskan. Nah kan ini harus ada tindakan secara keseluruhan dan komprehensif baik pemerintah dan dunia usaha bagaimana keberadaan e-commerce ini tidak hanya memasarkan produk luar negeri,” jelas Rosan saat Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perdagangan di Jakarta, Jumat (2/2).
Untuk mendorong kontribusi UMKM terhadap e-commerce, Rosan mengusulkan insentif bagi perusahaan yang melakukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan peran UMKM. “KADIN akhir tahun lalu mengusulkan ke Kemenkeu apabila ada perusahaan melakukan R&D (research and development, red.) untuk kepentingan nasional, akan mendapatkan insentif fiskal,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa belanja riset di Indonesia masih sangat minim dibandingkan negara-negara lain. Investasi riset menurut Roslan untuk kepentingan jangka panjang dan belum tentu berhasil. “Dan memang kebanyakan para pengusaha kurang perhatian sehingga kita lihat dan pikirkan ini perlu insentif. Jadi emang sengaja saya angkat supaya kita aware gitu lho,” tegas Roslan.
Menurut Rosan, kebijakan-kebijakan pemerintah juga harus memikirkan bagaimana UMKM bisa masuk dalam ekosistem perdagangan e-commerce Indonesia. “Di satu sisi kita ingin menekan defisit neraca perdagangan kita, tapi di satu sisi dengan online ini yah kita senang tapi musti diwaspadai juga. Kalau tidak ya jangan sampai volume perdagangannya semakin besar tetapi kontribusi terhadap UMKM produk-produk kita makin kecil,” tutupnya.