Startup yang bergerak di bidang pertanian, TaniHub, melihat petani di Indonesia masih terkendala akses ke pasar dan akses ke lembaga keuangan. Karena kendala akses ke pasar ini, para petani terjebak dengan tengkulak. Kesulitan akses terjadap keuangan juga membuat mereka meminjam pada tengkulak sehingga terpaksa menjual hasil panen mereka dengan harga murah daripada harga pasaran.
Melihat kondisi tersebut, TaniHub berupaya membuka akses pasar untuk petani melalui perdagangan online atau e-commerce. “Kita coba menjembatani para petani supaya bisa menjual hasil taninya langsung ke market. Market-nya itu ada seperti restoran, catering, reseller dan lain-lain,” tutur CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan saat menjadi pembicara di Rapat Kerja Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, Jumat (2/2).
Dalam forum tersebut, Ivan menyampaikan bahwa TaniHub tela bekerja sama dengan kurang 1.600 petani dan menyalurkan hasil panen mereka ke platform e-commerce sehingga memutus mata rantai tengkulak. “Kita kerja sama dengan beberapa platform seperti Blibli.com, dan beberapa restoran yang kita bantu mendapatkan raw material-nya langsung dari petani sehingga harganya bisa lebih murah,” terangnya.
Selain membantu membuka akses pasar, TaniHub juga membantu petani memperoleh akses terhadap perbankan dan keuangan. “Kami support dari bibit dan lain-lain dan membuat perbankan yakin untuk kasih kredit ke petani lewat pendampingan dari kami,” kata Ivan.
Ivan juga menambahkan melalui pendampingan tersebut, TaniHub telah berhasil mengekspor beberapa komoditas pertanian dengan nilai mencapai Rp 3-5 miliar sebulan yang diharapkan angka tersebut dapat bertambah. Ivan juga meminta pemerintah memberikan sokongan untuk TaniHub melalui promosi atau membuka jalan ke pasar global yang lebih luas.