Baru-baru ini ramai influencer yang melakukan flexing untuk mendapatkan pengakuan dari pengikuti mereka. Alih-alih sebagai motivasi, nyatanya apa yang dilakukan influencer ini hanya tipu daya meraup keuntungan dari orang yang mengikuti jejaknya. Hm miris bukan?
Flexing semakin marak ditemui di ranah sosial media. Hal ini dipicu oleh kemudahan akses berbagai platform sosial media. Oleh sebab itu sebagai generasi yang hidup di era digital kita harus berhati-hati oleh modus flexing.
Istilah flexing sendiri biasa hadir dalam dalam lingkup marketing dan investasi. Istilah ini digunakan untuk menyebut perilaku memamerkan kekayaan dengan tujuan tertentu.
Baca juga : Orang Indonesia Makin Melek Investasi tapi Tak Sedikit yang Terjebak FOMO
Dikutip dari Tirto, menurut Merriam Webster asal kata flexing adalah "flex" dalam pengertiannya flexing ini bermakna menunjukkan atau mendemonstrasikan. Jika merujuk fenomena yang baru-baru ini terjadi, flex bermakna memamerkan kekayaan. Padahal yang perlu kita tahu, flexing ini sebenarnya berkebalikan dari orang kaya sungguhan. Hal ini disampaikan oleh Prof Rhenald Kasali bahwa orang ‘kaya’ yang sesungguhnya tidak ingin menjadi pusat perhatian.
"Biasanya, kalau semakin kaya orang-orang justru semakin menghendaki privasi, tidak ingin menjadi pusat perhatian,” tutur Rhenald Kasali dalam video YouTubenya. Rhenald juga memaparkan flexing sebagai strategi marketing untuk membangun kekayaan agar customer percaya.
Salahsatu contoh flexing dalam dunia marketing adalah kasus yang baru-baru ini ramai di jagat dunia maya, yaitu kasus forex. Mereka memamerkan kekayaan dengan begitu mewahnya hingga kamu sebagai customer percaya. Namun, percaya tidak jika langkah strategi ini tidaklah tepat. Selain kamu merugikan orang lain, kamu juga merugikan diri sendiri.
Bayangkan, kamu harus mengeluarkan banyak uang untuk menampilkan kemewahan, padahal disisi lain kamu bisa memanfaatkan dana mu tersebut untuk modal bisnis kamu selanjutnya atau bahkan untuk dana pensiun kamu ketika sudah tidak produktif lagi.
Baca juga : 5 Langkah Mempersiapkan Pensiun Dini
Faktanya, prinsip flexing tidaklah tepat, hidup itu bagaikan roda yang berputar. Ada masanya seseorang di posisi bawah jika tidak mampu memanage keuangan mereka dengan baik, ada juga orang yang tetap mapan meski sudah tua karena mampu memanfaatkan masa produktif mereka dengan baik.
Oleh sebab itu ‘kaya sesaat atau selamanya?’ harus diputuskan sejak dini. Dana pensiun menjadi modal yang tepat untuk tetap hidup mewah dimasa tua nanti. Pertanyaannya mengapa Dana Pensiun harus disiapkan sejak dini?
Ikuti pemaparan Widya Prima Financial Planner & Founder of @uangplanner dan Ida Bagus Sonny Suryawijaya Senior Pension Program Specialist BNI yang akan membahas mengenai “Hindari Flexing, Masa Depan Lebih Penting” di Digital DNA Jum’at 13 Mei 2022 pukul 16.00 WIB hanya di Youtube DiginationID.