Daya Qarsa, sebuah konsultan transformasi, meluncurkan buku "Bangkit Setelah Pandemi: Mengembalikan Kesuksesan Perusahaan Keluarga Setelah Pandemi COVID-19". Buku ini juga berperan sebagai guide dalam menuntun bisnis keluarga untuk mentransformasi bisnisnya.
Buku dan penelitian ini diorong oleh latar belakang bahwa 95 % perusahaan di Indonesia adalah perusahaan keluarga, memberikan 82% kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan memberikan 40% kontribusi terhadap kapitalisasi pasar di Indonesia.
Dr Apung Sumengkar, Founder & Managing Partner (CEO), Daya Qarsa mengatakan, jumlah perusahaan keluarga di Indonesia diprediksi akan bertumbuh tiga sampai empat kali dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, yang merupakan di atas rata-rata global. Namun sayangnya masih sedikit perusahaan keluarga yang merealisasikan ini.
"Perusahaan keluarga adalah salah satu harapan untuk merealisasikan potensi ekonomi Indonesia. Namun sayangnya hanya sekitar 30% dari perusahaan keluarga mampu bertahan hingga generasi kedua, bahkan hanya sekitar 13% perusahaan keluarga di Indonesia yang dapat bertahan hingga generasi ketiga. Persentase yang kecil ini menunjukkan rintangan yang besar dalam menjaga keberlangsungan bisnis keluarga,” kata Apung.
Baca juga : Entrepreneurs Intip 5 Kunci Strategi Bisnis Digital
Berdasarkan survei Daya Qarsa rintangan tersebut diperparah dengan adanya COVID-19. 47% responden menganggap pandemi COVID-19 sebagai kekhawatiran utama perusahaan keluarga saat ini.
Riset Daya Qarsa menemukan empat tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan keluarga yaitu; (1) memastikan kesehatan fisik maupun mental karyawan, (2)membenahi budaya dan cara berpikir karyawan yang masih konvensional. (3) Lalu, tantangan dalam perencanaan dan penerapan manajemen sukses yang belum maksimal, dan penerapan sistem tata kelola perusahaan yang profesional dan (4) kesulitan dalam bertransformasi digital.
Salah satunya adalah banyak perusahaan keluarga mengalami penurunan bisnis secara signifikan dan kesulitan dalam bertransformasi digital. Kondisi keuangan perusahaan di masa pandemi yang membuat pendapatan menurun tidak memungkinkan perusahaan untuk transformasi digital. Sehingga akhirnya membuat perusahaan kesulitan untuk menjangkau pelanggan yang saat ini sudah ramai berselancar di saluran digital.
Pelayanan kepada konsumen yang masih belum terdigitalisasi dan mengandalkan proses manual pun memakan biaya yang lebih besar. Selain itu, sistem kerja dan infrastruktur yang masih manual menyebabkan ketidaksiapan karyawan untuk menunjang kerja jarak jauh di masa pandemi. Hal ini terjadi akibat pemimpin perusahaan keluarga yang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya transformasi digital yang berdampak kepada lambatnya strategi digitalisasi perusahaan. Pemimpin perusahaan masih kurang memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung proses operasional sehari-hari.
Baca juga : Tiga Keahlian Wajib Di Masa Depan
Daya Qarsa telah membantu beberapa perusahaan keluarga di Indonesia, salah satunya adalah Kalla Group yang memiliki berbagai jenis usaha (konglomerasi). Daya Qarsa dan manajemen Kalla Group bekerja sama untuk mendesain struktur organisasi perusahaan holding agar bisa lebih lean dan agile dalam menghadapi perubahan yang terjadi karena pandemi Covid 19.
“Ini adalah kolaborasi pertama kami dengan Daya Qarsa dalam mendorong transformasi bisnis dan organisasi kami. Daya Qarsa memiliki latar belakang konsultasi bisnis dan organisasi yang kuat serta pengetahuan yang mendalam untuk membantu kami memecahkan permasalahan yang ada akibat terdampak pandemi,” ujar Disa Novianty, Direktur People & Process Kalla Group.
Disa juga menjelaskan bahwa perusahaan mereka melakukan perubahan pada seluruh aspek-aspek krusial untuk dapat bertahan melewati pandemi. Mulai dari membenahi trust & value yang berhubungan dengan sikap karyawan dan kepuasan kerja, manajemen keuangan, tata kelola perusahaan, manajemen manusia, dan infrastruktur pendukung untuk menunjang kegiatan perusahaan.