Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa dunia pendidikan menjadi garis depan di era digital. Karenanya, perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Ia meminta perguruan tinggi untuk merespon perkembangan teknologi agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Perguruan tinggi harus mampu merespon kebutuhan masyarakat yang saat ini sudah banyak melakukan kegiatan pembelajaran secara online, sehingga perguruan tinggi tidak ditinggalkan atau harus tutup,” tutur Sri Mulyani saat memberikan sambutan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2018 beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, teknologi telah menyebabkan disrupsi di berbagai bidang dan ini harus diantisipasi secara tepat dan cepat oleh dunia pendidikan. “Dunia cepat berubah, kita harus mampu cepat adaptif dengan tetap menjaga karakter Indonesia,” ujar Sri Mulyani, dikutip dari siaran resmi Kemristekdikti (Selasa, 23/01).
Ia juga menyampaikan bahwa Anggaran Pendidikan tahun 2018 adalah 444,13 Triliun Rupiah, baik untuk alokasi pusat maupun alokasi daerah. Anggaran 20% dari total APBN tersebut merupakan suatu pemihakan yang nyata bagi pendidikan dan riset Indonesia. Anggaran tersebut dialokasikan bagi program-program prioritas pendidikan dan penelitian antara lain Program Indonesia Pintar, Bidik Misi, Bantuan Operasional Sekolah, riset, dan program lainnya.
“Kemajuan suatu negara untuk mengejar ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yang yakni pendidikan, kualitas Institusi dan kesediaan infrastruktur,” tegas Menteri Keuangan.