Perpaduan antara teknologi dan industri logistik tak hanya menawarkan inovasi pengiriman barang yang lebih cepat dan efisien. Namun, bisa memunculkan peluang dan memberi solusi terhadap sejumlah persoalan dalam hal logistik dan distribusi.
Berkembangnya e-commerce pun menjadi salah satu lahan basah industri logistik dan jasa pengiriman barang. Bagi pelaku startup, peluang ini ditangkap dengan tumbuhnya startup logistik yang mulai men-disrupt industri logistik konvensional.
“Berbicara logistik sebenarnya sangat luas, bukan hanya soal barang masuk atau keluar gudang. Indonesia masih punya banyak peluang untuk men-disrupt logistik. Sebagai negara kepulauan terbesar, bagaimana caranya barang masuk ke Indonesia secara merata,” ungkap Wicak Hidayat, Potion Master Lab Kinetic dalam acara Fintech Connect bertema The Rise of E-Logistic, di Menara by KIBAR, Jakarta Pusat.
Adanya dorongan teknologi yang mempengaruhi bisnis pengiriman barang sebenarnya disadari oleh JNE sebagai pemain industri logistik besar nasional. Meskipun sudah membangun jaringan dan memiliki 6.000 kantor cabang di seluruh Indonesia, JNE mengaku masih menemui kendala dengan sistem yang ada saat ini.
Agusnur Widodo, COO JNE menyebutkan bahwa tantangan bagi JNE bukan hanya network atau penganganan paket secara fisik saja. Ia mengatakan bagaimana fintech bisa memberi solusi terhadap sistem keuangan untuk mengetahui penerimaan uang cash di 6.000 titik dan masuk ke bank account.
“Yang menjadi tantangan JNE saat ini adalah bagaimana informasi saat ini bisa lebih cepat daripada physical ending, ini kita selalu kejar kejaran dengan teknologi. Orang selalu bilang ada track and trace, ini kan teknologi kuno. Fintech itu harusnya menggantikan keuangan yang secara fisik kita harus pegang uang, kita berusaha untuk kemudian tidak pegang uang lagi,” katanya.
Di lain sisi, belum terlihat potensi startup logistik mampu memecahkan pekerjaan rumah besar dalam pengiriman barang dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Persoalan infrastruktur, seperti kondisi jalan dan lapangan terbang yang kurang memadai jelas menjadi hambatan.
Saat ini pelaku e-commerce dan konsumen memang sudah punya alternatif pengiriman barang berbasis aplikasi seperti Go-Jek, tapi masih terbatas di beberapa daerah. Sayangnya, belum ada inovasi baru untuk pengiriman yang lebih cepat dan efisien, seperti menggunakan robot kurir atau drone.