Di era digital saat ini, data adalah sumber yang sangat penting dalam kinerja bisnis sehari-hari.
Aplikasi big data seperti layanan cloud telah menjadi tulang punggung bagi banyak perusahaan, yakni dapat meningkatkan proses bisnis secara signifikan.
Data juga menjadi andalan layanan digital yang biasa kita gunakan sehari-hari, seperti ride hailing, pembelian secara digital, atau hampir semua transaksi online.
Seiring dengan peningkatan penggunaannya, Data Center atau Pusat Data tidak hanya akan menghadapi masalah biaya listrik yang lebih tinggi dan kebutuhan akan infrastruktur yang tangguh dan handal, tetapi juga dampak terhadap lingkungan karena meninggalkan jejak karbon.
Dilansir dari Digital Realty, Di AS sendiri, Data Center mengonsumsi lebih dari 70 miliar kilowatt-jam listrik setahun yang setara dengan sekitar 2% dari semua penggunaan listrik di AS.
SpaceDC juga mengungkap dimana penyimpanan data digital akan menghasilkan 14% dari emisi karbon dunia pada tahun 2040.
Dengan pandangan inilah, pemerintah di seluruh dunia telah memberlakukan peraturan yang lebih ketat tentang emisi karbon yang digunakan oleh sektor teknologi, salah satunya menggunakan energi terbarukan.
Apakah energi terbarukan itu?
Energi terbarukan berasal dari sumber-sumber seperti matahari (matahari), angin, pergerakan air (pembangkit listrik tenaga air), biofuel (bahan bakar yang berasal dari bahan organik), dan aktivitas panas bumi.
Dengan kata lain, energi terbarukan berasal dari sumber yang tidak habis saat digunakan dan tidak mengeluarkan emisi karbon yang berbahaya bagi atmosfer bumi. Energi terbarukan ini juga dikenal sebagai Green Energy.
Baca juga : Yuk Ikuti 5 Tips Mudah dan Aman untuk Backup Semua Datamu!
Dikutip dari situs Digital Realty, penggunaan energi Data Center masih mengandalkan sistem ‘brown’. Sistem ‘brown’ adalah energi yang berasal dari bahan bakar fosil yang mengeluarkan karbon, seperti gas alam, batu bara, dan minyak.
Di wilayah abu-abu terdapat teknologi seperti tenaga nuklir, yang biasanya dianggap "nol karbon" tetapi tidak dapat diperbarui dan dapat membawa masalah lingkungan tambahan terkait dengan pembuangan limbah radioaktif.
Adanya pergeseran dari Data Center tradisional ke Data Center berkelanjutan menjadi sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan kepedulian terhadap masa depan yang lebih memperhatikan lingkungan yang hijau, serta tren menuju Data Center yang lebih hemat energi akan terus meningkat.
Di beberapa negara seperti Irlandia, perkembangan ekonomi Data Center yang sangat pesat telah melampaui pasokan energi mereka.
Untuk mendukung pertumbuhan industri yang berkelanjutan, negara-negara di seluruh dunia harus mencari alternatif baru, dan disinilah Green Data Center berperan sebagai standar industri berikutnya.
Alasan bisnis harus mulai menerapkan Green Data Center
Baik untuk bumi dan bisnis
Menerapkan praktik ramah lingkungan di Data Center Anda tidak hanya menguntungkan planet ini tetapi juga baik untuk bisnis.
Menurut laporan Status Industri Data Center AFCOM 2018, sekitar 42% responden telah atau berencana untuk menggunakan energi terbarukan pada tahun-tahun mendatang.
Selain itu 60% dari responden tersebut menunjukkan bahwa sumber energi baru yang dapat diperbarui ini akan membantu mereka menurunkan ROI keseluruhan dari Data Center mereka sambil membantu mereka mencapai inisiatif green data center. Menggunakan lebih sedikit sumber daya tak terbarukan berarti mengurangi biaya utilitas secara keseluruhan.
Baca juga : Pernah Dengar Big Data? Ini Dia Manfaatnya untuk Kemajuan Bisnismu
Menurunkan biaya sambil mempertahankan kinerja
Mengurangi penggunaan energi tidak harus berarti mengorbankan efisiensi daya. Faktanya, energi terbarukan kini dipandang sebagai sumber daya yang andal yang dapat membantu menjaga Efisiensi Penggunaan Daya (PUE) tetap rendah.
PUE yang lebih rendah berarti daya digunakan lebih efisien yang pada akhirnya diterjemahkan menjadi lebih rendah biaya operasional untuk bisnis.
Pada 2018, Google memuji rata-rata PUE 1,12 di semua Data Center mereka yang menjalankan 100% energi terbarukan. Untuk referensi, PUE 1 dianggap sempurna.
Meningkatkan citra merek dan loyalitas pelanggan
Konsumen menjadi semakin sadar dan tertarik pada masalah sosial dan lingkungan. Mereka melihat nilai-nilai perusahaan sama pentingnya dengan praktik bisnis yang bertanggung jawab .
Menurut Deloitte , "manajemen energi telah menjadi taruhan utama untuk daya saing”
Di AS, 80% konsumen peduli tentang penggunaan energi terbarukan menurut survei yang dilakukan oleh National Renewable Energy Laboratory (NREL).
Sumber energi terbarukan memiliki permintaan yang lebih tinggi daripada alternatif berwarna coklat dan abu-abu dan menjadi lebih terjangkau. Keberlanjutan tidak lagi dilihat sebagai inisiatif yang bagus untuk dimiliki. Sebaliknya, ini menjadi pilar perusahaan yang diperlukan untuk berkembang dalam lanskap kompetitif dan mendapatkan kepercayaan dan loyalitas konsumen.