Transportasi daring dapat menjadi solusi kemacetan dan polusi udara di Jakarta. Dalam risetnya, SBM ITB menemukan bahwa hampir setengah komuter atau sebanyak 48% komuter beralih dari kendaraan pribadi ke layanan ride-hailing dan 39% diantaranya beralih dari kendaraan pribadi ke layanan ride-hailing.
Kemudahan untuk melanjutkan perjalanan dengan ride-hailing dan kejelasan titik jemput/turun mendorong komuter untuk menggunakan ride-hailing sebagai bagian dari perjalanan multi-moda mereka.
Penelitian ini guna membantu mendorong peralihan dari kendaraan pribadi ke transportasi umum dan mengoptimalkan teknologi digital yang dapat memberikan seamless experience dan jaminan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi para komuter di wilayah Jabodetabek.
"Jabodetabek merupakan kota aglomerasi terpadat di dunia dengan aktivitas komuter yang kompleks dan waktu tempuh yang cukup lama. Oleh karena itu, salah satu target utama kami adalah untuk melakukan pengembangan dan peningkatan transportasi massal terintegrasi di Jabodetabek,” Kata Ir. Polana Banguningsih Pramesti, MSc, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Budi Karya Sumadi, menyatakan pemerintah mendorong secara maksimal penerapan intelligent system dan protokol kesehatan pada sistem transportasi. Selain itu, sistem transit melalui trunk dan feeder juga terus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan transportasi publik.
“Keberadaan industri ride-hailing dapat dimanfaatkan untuk mengisi kebutuhan layanan feeder dalam mengoptimalkan ekosistem. Sebagai layanan berbasis on-demand, layanan ride-hailing dianggap memiliki keunggulan dari sisi fleksibilitas dibandingkan feeder yang konvensional, khususnya dalam melayani perjalanan first mile dan last mile,” kata Budi Karya.
Menurut Dr. Syafrin Liputo, ATD, MT Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, kunci utama dari integrasi multimoda adalah meningkatkan dan mengoptimalkan layanan dengan prinsip 3ES (Efektif, Efisien, Ekonomis, dan Sustain).
“Ketika menyangkut transportasi umum, transportasi yang memanfaatkan teknologi jaringan komputer (daring/online) memiliki peran penting. Oleh karena itu, kami mendorong integrasi semua layanan angkutan dengan transportasi massal dan terus mengembangkan layanan fitur digital dan online,” katanya.
Dengan keberadaan transportasi daring, banyak pengguna kendaraan pribadi yang beralih menjadi pengguna angkutan umum massal. SBM ITB menemukan 96% responden menyatakan paling sering menggunakan layanan motor sebagai bagian dari perjalanan multimoda mereka.
President Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, menyatakan bahwa transportasi multimoda merupakan kebutuhan bagi para komuter, terutama di area metropolitan yang kompleks seperti Jakarta.
Sebagai pemimpin inovasi, Grab menciptakan inovasi teknologi berdasarkan perilaku penggunanya dan menciptakan ekosistem transportasi publik yang lebih baik dengan layanan ride-hailing serta alat mobilitas pribadi, dan kolaborasi dengan mitra.
"Pengalaman transportasi tidak hanya mobilitas tetapi juga pengalaman keseluruhan. Penting bagi kita untuk berkolaborasi untuk mewujudkan solusi multimoda terbaik untuk para penumpang," kata Ridzki Kramadibrata.
Tim peneliti SBM ITB dipimpin oleh Dr. Yos Sunitiyoso, seorang associate professor di Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung menyimpulkan, transportasi daring adalah bagian penting dari keseluruhan ekosistem transportasi Jakarta.
Perubahan ini juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan, dengan indikasi terjadinya penurunan emisi karbon.
Riset SBM ITB ini juga menemukan bahwa perjalanan multimoda yang melibatkan transportasi massal berkontribusi terhadap pengurangan emisi GRK sebesar 10,82%. Dimana pengurangan bersih (net reduction) dari emisi GRK per orang sekali jalan satu arah adalah 41% lebih tinggi untuk pengguna ride-hailing (0,31 kg) dibandingkan dengan pengguna non-ride hailing (0,22 kg).