New normal sudah berjalan 2 pekan, namun ternyata mobilitas masyarakat belum bisa kembali normal saat sebelum terjadinya pandemi. Hasil survei salah satu marketplace asuransi di Indonesia, Lifepal.co.id, menunjukan penurunan aktivitas warga Jakarta hingga 58%. Hal itu disebabkan karena banyak warga yang masih menilai ruang publik cukup beresiko terhadap penularan Covid-19.
Survei dilakukan dengan metode random sampling terhadap 561 responden yang merupakan warga domisili Jakarta dan orang-orang yang beraktivitas rutin di Jakarta. Responden diminta untuk memberikan estimasi frekuensi setiap aktivitas setelah PSBB berakhir dan dimasa new normal hingga Juli 2020.
Aktivitas Umum
Aktivitas umum seperti kuliah, sekolah, bekerja, hanya kembali naik 58,1% dari frekuensi sebelum terjadi pandemi. Pengunjung pelayanan publik seperti bank, kantor administrasi dan lain-lain, juga hanya kembali 44,5%.
Work from home dan aktivitas belajar mengajar tentu tidak bisa pulih 100% dengan cepat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim juga memberikan pernyataan jika sekolah kembali dibuka, orang tua diberi kebebasan untuk menentukan anaknya tetap belajar di rumah jika dirasa tidak nyaman.
Aktivitas Konsumsi
Senada dengan kegiatan belajar dan bekerja, aktivitas dengan persentase pemulihan tertinggi kedua ada pada aktivitas konsumsi.
Data Lifepal menemukan aktivitas makan di restoran atau tempat makan indoor memiliki frekuensi 44,1% dibandingkan sebelum terjadinya pandemi. Makan di restoran atau tempat makan outdoor mencapai 47,1%. Frekuensi belanja indoor seperti di supermarket, minimarket, dan yang lainnya sebanyak 58.0% dan belanja outdoor seperti di pasar tradisional sebanyak 48,7%.
Hal tersebut diperkirakan karena masyarakat lebih memilih untuk makan di rumah masing-masing dan menghindari tempat makan indoor. Di samping itu, UMKM kuliner juga mulai mengandalkan layanan pesan antar ketimbang dine in. Sama halnya dengan layanan pesan antar makanan, belanja sayur dari rumah juga dimanfaatkan e-commerce di masa pandemi ini.
Aktivitas Perawatan Tubuh, Kebugaran dan Kesehatan
Hasil survei mencatat aktivitas dengan tingkat pemulihan terendah di antara lain, aktivitas mengunjungi pusat kebugaran indoor seperti gym, gedung olahraga, dan lainnya.
Aktivitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik kesehatan, dokter gigi menduduki angka 40,3%. Aktivitas mengunjungi tempat perawatan tubuh seperti salon, klinik kecantikan, dan pijat di angka 37,5% dan pusat kebugaran yang hanya menarik minat pengunjung sebesar 29,3% di masa new normal.
Seperti dijelaskan oleh Pakar Epidermis Universitas Indonesia Dr. Tri Yunis Miko Wahyono, risiko tertular Virus Corona juga cukup tinggi ketika seseorang melakukan aktivitas olahraga di tempat olahraga indoor.
Aktivitas Hiburan dan Rekreasi
Senada dengan aktivitas di gym, tingkat risiko penularan Virus Corona juga cukup tinggi ketika seseorang menghadiri konser off air atau pameran, sebab itu angka frekuensi aktivitas masyarakat untuk mendatangi konser dan pameran masih sedikit, hanya naik 29,7% dibanding sebelum terjadinya pandemi.
Selain itu aktivitas lain seperti di bioskop, mall, bar, karaoke terhitung 35,9%. Pengunjung wisata taman, pantai, gunung sebesar 44,7% dan menginap di hotel atau villa sebesar 2,6%.
Aktivitas Transportasi
Untuk aktivitas penggunaan transportasi, masyarakat lebih memilih transportasi publik yang minim penumpang untuk beraktivitas di dalam kota.
Data menyebutkan kendaraan umum luar kota seperti pesawat, kapal, kereta api, dan yang lainnya akan pulih sebesar 39,3%. Kendaraan umum dalam kota seperti metromini, busway, dan KRL sebesar 33,9%. Menggunakan taksi atau taksi online sebesar 44,1%, dan menggunakan ojek atau ojek online sebesar 39,8%.
Penggunaan transportasi publik padat penumpang dalam kota seperti Transjakarta, bus, KRL, hingga MRT di era new normal hanya akan pulih 33,9%. Wajar saja, penumpang KRL itu sendiri memang sudah dibatasi, 74 orang per gerbong demi mencegah penularan Virus Corona.
Di sisi lain, tingkat pemulihan penggunaan kendaraan taksi atau taksi online berkisar adalah 44,16%, lebih tinggi dari ojek atau ojek online.
Walaupun demikian, cukup terlihat bahwa masyarakat akan cukup mengurangi frekuensi bepergian secara umum. Lalu lintas sepertinya akan kembali pulih sebesar 40-45% dari masa normal sebelum pandemi Covid-19.
Aktivitas sosial dan keagamaan
Kegiatan ibadah atau keagamaan di masjid, gereja, pura, atau vihara juga belum akan pulih secara normal. Survei menunjukkan bahwa pemulihan kegiatan publik di tempat ibadah pada saat new normal adalah 48,4% saja. Sementara itu, kegiatan-kegiatan perkumpulan bertema upacara adat seperti pernikahan, dan sejenisnya, akan pulih 36% dan aktivitas berkunjung kerumah keluarga, teman dan yang lainnya hanya akan pulih 44,3% di masa new normal.
Itulah perubahan aktivitas masyarakat di era new normal menurut survei Lifepal. Secara total, new normal memang tidak akan mengembalikan aktivitas warga sebesar 100% seperti pada masa sebelum Pandemi Covid-19. Lifepal mencatat bahwa rata-rata frekuensi aktivitas masyarakat di Jakarta saat new normal hanya berkisar 42,6% saja dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.