Pada era digitalisasi seperti saat ini, keberlangsungan ketersediaan listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting. Layanan transportasi publik seperti KRL dan MRT, layanan komunikasi, layanan pembayaran digital, semuanya membutuhkan listrik untuk pengoperasiannya. Namun harus diakui, sebagian besar jaringan listrik yang ada saat ini di hampir seluruh dunia sudah berusia puluhan tahun dan dibangun dengan spesifikasi ketika kebutuhan akan listrik masih sederhana. Tuntutan energi listrik yang terus berubah dan meningkat mengharuskan dilakukannya modernisasi jaringan listrik agar menjadi lebih pintar (smart grid).
“Salah satu karakteristik utama smart grid adalah self-healing capabilities atau kemampuan sistem jaringan listrik untuk mengidentifikasi gangguan dan melakukan perbaikan secara otomatis sehingga meminimalkan terjadinya pemadaman. Hal ini dimungkinkan dengan penyebaran sensor, perangkat cerdas serta kontrol otomatis termasuk pemanfaatan teknologi baru seperti Advanced Distribution Management Systems (ADMS) dan Fault location, isolation, and service restoration (FLISR),” kata Xavier Denoly, Country President Schneider Electric Indonesia.
ADMS memungkinkan jaringan listrik melakukan pemantauan komprehensif, analisis, kontrol,
optimisasi, perencanaan dan evaluasi status dan kondisi jaringan untuk mengidentifikasi potensi gangguan dalam satu platform. FLISR memungkinkan sistem jaringan listrik menyala kembali dalam waktu singkat dengan mendeteksi lokasi gangguan dengan cepat. Ia menggunakan informasi yang real-time, mengkonfigurasi ulang aliran listrik untuk memasok daya ke bagian-bagian yang tidak aktif dari jaringan distribusi, dan mengurangi terjadinya pemadaman.
Baca juga: Listrik Melimpah Jadi Prasyarat Utama Industri Digital
Beberapa negara di Eropa dan Amerika telah mengadopsi teknologi smart grid ini untuk sistem distribusi jaringan listriknya. ENEL, perusahaan listrik terbesar di Eropa, telah menggunakan EcoStruxure™ Grid dari Schneider Electric di lebih dari 110.000 gardu induknya. Hal ini membuat mereka dapat melakukan isolasi kesalahan dengan cara yang sepenuhnya otomatis dan terdesentralisasi. Tak hanya itu, ENEL dapat mengurangi kehilangan energi listrik sekitar 144 GWh per tahun, setara dengan listrik yang dikonsumsi oleh sekitar 50.000 rumah tangga di Italia setiap tahunnya.
Republik Ekuador di Amerika Selatan, dengan permukaan tanah hampir 110.000 mil persegi dan lanskap yang beragam termasuk hutan Amazon, dataran tinggi Andean, Kepulauan Galápagos yang kaya margasatwa serta populasi lebih dari 16,6 juta orang, stabilitas daya listriknya telah lama menjadi masalah.
Baca juga: Kendaraan Listrik Jadi Fokus Pemerintah
memanfaatkan EcoStruxure™ Grid meningkatkan visibilitas ke jaringan distribusi dari 5% menjadi 94%. Ini menjadi pondasi dalam strategi pengelolaan energi yang lebih maju, keandalan jaringan dan efisiensi. Tak hanya itu, Republik Ekuador juga dapat memadukan energi terbarukan dengan lebih mudah.
Tata Power, perusahaan listrik dari India mengadopsi pendekatan kontrol yang didesentralisasi untuk mengelola pemadaman listrik dengan teknologi smart grid dari Schneider Electric yang mengotomatisasi pemulihan daya dalam waktu kurang dari 20 detik.
“Teknologi smart grid seperti EcoStruxure™ Grid dapat memaksimalkan potensi penuh dari jaringan listrik dan memberikan pengawasan yang lebih baik dengan kemampuan perbaikan diri secara otomatis sehingga insiden pemadaman listrik dapat diminimalisir. Ke depannya, teknologi smart grid juga dapat mengakomodasi kebutuhan pengelolaan energi masa depan yang mengintegrasikan energi terbarukan dan mendukung pengembangan kendaraan listrik dalam skala besar," tutup Xavier.
Baca juga: Pacu Industri Otomotif, Riset Mobil Listrik Dilakukan