Dalam membangun sebuah bisnis, tantangan dan persaingan lazim ditemui. Namun, berbicara mengenai bisnis startup, membangun produk berkualitas dan pemasaran menjadi tantangan awal yang dihadapi. Efektivitas kampanye dan pendekatan pada konsumen adalah segalanya.
Tantangan ini juga dirasakan Gibran Huzaifah, Founder dan CEO eFishery dalam mengembangkan startup akuakultur berbasis IoT. Sebelum teknologi eFishery digunakan oleh lebih dari 1.200 pengguna di Indonesia, Gibran telah melalui jalan panjang dalam pengembangan produk.
Menurutnya, startup akualtur tak seperti e-commerce yang bisa beriklan di Facebook dan mengumpulkan matriks lewat tools digital. Namun, harus terjun ke lapangan, mendengarkan kebutuhan, dan memberi bukti langsung.
“Metode yang kita pakai rapid prototyping. Jadi, kita gak bikin banyak sampel ditaro di beberapa area. Kita punya satu atau dua sampel, di situ kita uji coba secara rapid di satu lokasi. Lokasinya kita yang beda-bedakan,” jelas Gibran.
Pertama-tama smart feeder eFishery dicoba oleh petani ikan nila, lele, dan keramba jaring apung. Selanjutnya, feedback dan data dikumpulkan untuk menyesuaikan prototype alat dengan kebutuhan di lapangan. Berbagai pengembangan dan inovasi untuk menghasilkan teknologi yang tepat guna.
“Di awal mengoperasikan eFishery justru sms-based. Jadi, petani kalau mau kasih makan lewat sms, terus kita ganti tombol untuk kasih makan ikan dan mengatur jadwalnya. Mulai tahun lalu kita sudah ganti jadi mobile app-based dengan aplikasi Android,” papar Gibran.
Dari sisi produk, ada basic sensor yang diganti untuk meningkatkan kinerja. “Sekarang sensor kita lebih peka, akurasinya lebih tinggi untuk mendeteksi kalau ikannya sudah kenyang. Kita bisa stop sendiri pakannya. Ada beberapa produk lain dari data yang kita ambil dan kita kembangkan produk baru,” tambahnya.
Selain mesin pemberi pakan, eFishery juga menyediakan komputer desktop bagi para petani ikan agar mereka bisa memantau pemberian pakan, mulai dari total konsumsi per hari hingga per bulan. Mereka bisa tahu performa budidayanya melalui algoritma dengan fungsi menghitung otomatis.
Fokus Kolaborasi dan Gandeng Petani Ikan
Dalam mengembangkan startup akuakultur, Gibran menekankan bahwa founder tak hanya dituntut untuk mengerti teknologi, tapi juga harus mampu menguasai sarana pemasaran. Di sinilah pendekatan terhadap target market diperlukan.
eFishery mencoba berbagai upaya, mulai dari sosialisasi ke dinas di daerah, masuk ke program-program CSR, hingga klien enterprise. Baru pada akhir 2016 dan awal 2017, eFishery difokuskan untuk petani ikan menengah ke bawah. Di sinilah berbagai kanal pemasaran dimaksimalkan.
“Edukasi butuh upaya ekstra, segala macam dicoba. Mulai dari pameran, terjun langsung ke lapangan, demo produk, meningkatkan awareness digital dan kerja sama dengan 8villages untuk bikin aplikasi edukatif yang berkaitan dengan teknologi baru, supaya mengetahui teknologi yang ada kemudian mengadopsi teknologi kita,” ungkap pria yang sukses masuk 30 Under 30 Asia Forbes 2017 untuk kategori Industry, Manufacturing & Energy.
Gibran mengambil contoh petani ikan di daerah Lampung dengan 175 kolam. Awalnya hanya menggunakan alat untuk beberapa kolam, tapi setelah tiga bulan semua kolam menggunakan teknologi eFishery dan mengalami peningkatan penghasilan signifikan.
“Kita liatnya begini sih, tren di customer nyoba dulu deh dikit, setelah itu secara bertahap mereka langsung pakai alat kita dengan agresif,” katanya.
Ketika disinggung mengenai kolaborasi, Gibran mengakui dari pihak kementerian pusat belum ada ajakan, tapi tak menutup kemungkinan untuk ke depannya. Menariknya, kata Gibran, justru unit pelaksana teknis atau balai-balai perikanan di daerah sudah mulai berkolaborasi dengan eFishery.
“Jadi ada balai Maluku, Jambi, Situbondo, dan daerah lain pakai alat kita untuk di kolamnya mereka. Di Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur pakai alat kita untuk dikasih ke unit pelaksana teknis di bawah mereka. Di Kabupaten Sleman juga pakai untuk dibagikan ke petani-petani ikan,” jelasnya.
Dari sisi bisnis potensi sektor perikanan masih menjadi peluang yang sangat menggiurkan bagi startup. Revenue eFishery sendiri pada satu tahun terakhir meningkat sembilan kali lipat, walaupun Gibran enggan menyebutkan angka pasti terkait pertumbuhan bisnisnya.
Meskipun menjanjikan, apa sebenarnya tantangan dan hambatan bagi startup yang menghadirkan solusi berbasis IoT di masa depan? Lalu inovasi apa yang diperlukan agar terus berkembang?
Baca juga dua tulisan sebelumnya dalam hasil wawancara khusus Digination ini:
Smartphone Bisa Buat Kolam Ikan Lebih Produktif
Manfaatkan IoT, Petani Ikan Bisa Lebih Sejahtera