Permasalahan kekurangcocokan antara para lulusan pendidikan di Indonesia dengan industri kerja adalah permasalahan yang nyata. Sedikit demi sedikit permasalahan itu dicoba untuk diselesaikan meski tentunya masih tetap ada.
Berdasarkan permasalahan ini, Alamanda Shantika Santoso mendirikan Binar Academy, sebuah sekolah yang mencetak digital talent agar mampu melakukan coding, menjadi developer Android dan iOS, dan juga developer web. Lebih dari itu, sekolah yang didirikan tahun 2017 ini juga mencetak digital talent yang mampu bekerja secara tim, menjadi problem solver, dan decision maker.
"Yang pertama kali dilihat ketika membangun Binar Academy adalah permasalahan mismatch antara industri dengan para lulusan Pendidikan di Indonesia. Kami ingin membantu dua belah pihak ini," kata Founder sekaligus President Director Binar Academy itu dalam wawancara eksklusif dengan Digination.id, akhir Juli 2019 lalu.
"Kami ingin mendapatkan lulusan yang sudah paham, sudah cocok knowledge-nya untuk bisa terjun di industri. Ketika skill mereka meningkat, pengangguran pun akan berkurang," lanjut wanita yang biasa disapa Ala ini.
Mantan Vice President Gojek itu juga memberikan tips bagaimana memulai belajar untuk mengenal teknologi. "Pastinya kalau kita punya skill dalam bidang teknologi akan membantu, bergantung kita ingin kerja di bidang apa. Tapi, kalau bicara lagi soal skill dalam bidang ini, ya, nggak perlu selalu bisa coding. At least, mengerti konsep teknologi itu seperti apa, Machine Learning itu apa, dan Artificial Intelligence (AI) itu apa," ujarnya.
Baca juga: Startup, Jangan Asal Implementasi Teknologi Blockchain, Ya!
Kalau ingin bisa melakukan coding dan praktek-praktek teknologi lainnya, pastinya harus belajar lebih dalam lagi. "Di web Binar Academy kontennya bukan konten iklan, kok. Banyak bacaan yang bisa dilihat dari situ. Kami mencoba untuk memberi key words, misalnya tentang data science. Setelah itu, bisa explore sendiri, di YouTube atau sumber lain. Jangan lupa juga untuk banyak membaca buku," tambah wanita yang juga menulis buku berjudul Purpose: Living in the Process ini.
"Binar Academy juga memiliki scholarship program atau program beasiswa, tapi terbatas kuotanya. Banyak yang daftar sekarang tapi baru bisa ikut belajar mulai tahun depan. Ada juga kelas yang berbayar bagi yang nggak mau menunggu kuota. Setelah lulus dari Binar Academy, kami akan menghubungkan mereka dengan perusahaan yang membutuhkan. Kami membentuk metodologi yang bisa diimplementasikan ke industri yang ada," kata Ala.
Kedepannya, Alamanda akan terus berbenah untuk membangun Binar Academy menjadi lebih baik lagi dan melihat tantangan sebagai peluang besar untuk diselesaikan. "Tantangan pastinya akan selalu datang dari kompetitor. Rangkul kompetitor untuk kerjasama. Contohnya, kami kadang kesulitan menyalurkan lulusan Binar Academy untuk bekerja di industri apa. Tapi, Binar Academy di Batam bekerjasama dengan Glints, sebuah platform head hunter untuk menyalurkan lulusan kami," sambungnya.
Well, rangkul kompetitor untuk kerjasama! Good point, Ala...