Sukses itu butuh proses
Tak ada hasil yang mengkhianati proses
Kita semua sering mendengar pepatah di atas, dan kenyataanya memang hal tersebut demikian adanya. Siapa sangka, Alamanda Shantika Santoso, Founder dan President Director Binar Academy sebelumnya telah berkali-kali terjun ke dunia startup? Untuk mendirikan sekolah yang fokus pada digital talent atau talenta digital ini pastinya butuh pengalaman yang banyak dan proses yang tidak sebentar.
"Pertama kali terjun ke dunia startup, ya bangun startup kecil-kecilan waktu umur 21 tahun. Waktu itu lagi banyak banget fashion brand di Indonesia yang bermunculan. Distro, brand denim, sepatu, dan lainnya. Di sana saya melihat ada opportunity yang besar," katanya dalam wawancara eksklusif dengan Digination.id akhir Juli 2019 lalu.
Startup yang dibuatnya itu bernama Pentool Studio dengan nama perusahaan PT. Kirana Yaksa Utama. "Dulu saya berniat membuat e-commerce untuk mereka, orang-orang yang bergiat di bidang fashion, supaya bisa jual produk mereka. Setelah berjalan 2 hingga 3 tahun, kami berhasil membuat sekitar 200 website untuk fashion brand di Indonesia," kata perempuan yang akrab dipanggil Ala itu.
Baca juga: Mau Jadi Fashionpreneur? Ini Tips dari Medina Zein
Setelah itu, dengan rasa penasaran ingin terus belajar, Ala pindah haluan. "Saya memilih kerja dengan orang (menjadi pekerja-red). Saya rasa, saya butuh belajar dengan mentor. Saya bergabung di sebuah startup bernama Nostra Technology. Waktu itu, founder-nya baru pulang dari Silicon Valley dan saya merasa harus belajar dari orang itu."
Selanjutnya, Ala berkarier di Berrybenka ketika e-commerce tentang fashion itu masih belum besar dan berkantor di rumahan. Lalu, ia melanjutkan karier di Kartuku. "Di Kartuku banyak belajar tentang payment dan finansial. Pelajaran tentang payment ini terpakai waktu membangun Gojek dan Gopay," kata perempuan yang pernah meraih Inspiring Woman of The Year 2018 dari ELLE Style Awards 2018 itu.
Menurutnya, di setiap perjalanan ada keunikan masing-masing. Misalnya di Kartuku, Ala belajar banyak hal. "Kadang, kita suka meremehkan hal-hal yang kecil. Saat di Kartuku, yang saya pelajari bukan hanya teknologi saja tapi juga hal seperti hiring process dan levelling process. Saya banyak belajar dari Human Resource Director saya waktu itu, Ibu Priscilla Kayo," tambahnya.
Setelah dari Kartuku, Ala mulai berkarier membangun Gojek hingga menjadi Vice President dan kemudian memutuskan keluar dari sana untuk menggapai cita-citanya dan membangun bisnisnya sendiri, Binar Academy.
Baca juga: 8 Tips Memulai Bisnis, Sekalipun Tak Tahu Mulai Dari Mana...
"Pelajaran yang saya bisa petik ketika jatuh bangun di dunia startup, mungkin akhir-akhir ini baru saya hadapi. Saya sadar, kekuatan saya sebenarnya ada di orang-orang saya. Tugas founder yang paling utama adalah untuk mempertahankan visi dan misi perusahaan itu tetap mengalir dalam perusahaan tersebut," kata Ala.
Ala melanjutkan, "Sehingga, orang-orang yang bekerja di bersama kita bisa benar-benar tahu bahwa visi tersebut mengalir dalam jiwa mereka. Dengan demikian, orang yang bekerja bersama kita tidak perlu di-push tapi mereka dapat berjalan dengan sendirinya."
Sedangkan, tantangan yang harus dihadapinya adalah bagaimana caranya ia bisa terus ingatkan visi dan misi perusahaannya. "Sebagai founder, kita lupa tentang hal yang penting ini. Seringkali kita terlena dengan keseharian karena jadi founder tidak ada yang push dari atas. Kalau ada, mungkin salah satunya adalah investor," kata perempuan yang menulis buku Purposes: Living in The Process itu.
Terakhir, Ala berpesan bahwa kadang-kadang kita perlu push itu. Kita juga harus menciptakan push itu sendiri. "Kalau jadi karyawan ada bos yang nge-push, kalo founder ya benar-benar diperlukan dari dalam diri kita. Balik lagi pada diri sendiri, apa mimpi yang kita miliki dan mimpi itu kita jadikan bahan bakar untuk terus maju. Jangan terlena dengan yang sudah ada sekarang," tutupnya.
Baca juga: Kompetisi Versi Ala: Rangkul Kompetitor Untuk Kerjasama!