Ada tantangan besar yang sedang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan visi ekonomi digital 2020 yaitu kekurangan talenta yang benar-benar cakap dan mumpuni. Jika kekurangan ini tidak segera ditangani maka visi ekonomi digital 2020 akan terhambat.
Hal tersebut terungkap pada sesi diskusi bertajuk “Learn From the Ace and What’s Next” pada acara Digital Economic Briefing 2017 yang diselenggarakan di kantor pusat Indosat Ooredoo hari ini (Kamis, 16/11) di Jakarta.
“Tantangan terbesar ekonomi digital itu hanya people. Percepatan yang tadi digambarkan tidak sejalan dengan pendidikan,” ujar Jonathan Parapak, Rektor Universita Pelita Harapan. “Kalau kita berbicara tentang ekonomi digital itu tentang Jakarta, karena talenta di daerah itu hampir tidak ada,” tambah Jonathan lagi.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberi keynote speech pada acara tersebut juga mengungkapkan bahwa tantangan terbesar ekonomi digital Indonesia adalah talenta. “Di sektor supply kita punya hambatan, salah satunya adalah talenta. Bukan hanya programmer, bahkan coding saja kita keteteran,” kata Darmin.
Sementara CEO Bukalapak, Achmad Zaky yang juga menjadi salah satu pembicara di sesi diskusi tersebut menyatakan bahwa talenta merupakan aset yang sangat penting bagi startup. “Kalau Indosat asetnya kan punya BTS di mana-mana. Kalau startup, aset terbesar itu ya di talent,” ujar Zaky.
Untuk itu menurut Jonathan Parapak tidak ada pilihan bagi pemerintah Indonesia selain mempersiapkan generasi muda agar menjadi pelaku utama di ekonomi digital. “Karena itu perlu kebijakan pemerintah dalam pendidikan, mendorong anak muda di dunia bisnis, dan memberikan insentif untuk mendorong lahirnya the new entrepreneur,” ujar Jonathan. “Jika hal tersebut dilakukan pemerintah, saya yakin Indonesia akan berjaya di tahun 2035,” pungkasnya.