Estonia e-Residency atau e-Residency adalah sebuah program yang diluncurkan oleh Pemerintah Estonia untuk memberikan status kepada berbagai pihak, warga negara Estonia maupun bukan warga negara supaya bisa memiliki Digital ID atau identitas digital.
Dengan status ini, para e-Resident atau orang-orang yang telah memiliki status resmi e-Residency akan mendapatkan akses terhadap berbagai layanan elektronik di Estonia. Bahkan, para e-Resident dapat bekerja dan mendirikan usaha di Estonia, termasuk menjalankan bisnis global berbasis di Uni Eropa secara online.
Tetapi, menjadi seorang e-Resident tidak serta-merta memberikan akses terhadap visa maupun izin tinggal di Estonia. "Sebagian e-Resident bukan merupakan pengusaha sebelum mereka menjadi e-Resident. Adalah fakta bahwa e-Residency menawarkan cara yang sangat nyaman bagi mereka untuk membangun perusahaan tanpa kerumitan. Ini membantu mereka untuk fokus pada passion serta bisnis mereka, bukan birokrasi," kata Arnaud Castaignet, Head of Public Relations untuk Estonia e-Residency kepada Digination.id melalui e-mail.
Baca juga: Birokrasi Jadi Tantangan Terbesar Ekosistem Digital di Kawasan Arab
Program e-Residency belum banyak diketahui oleh masyarakat indonesia. Menurut Pria yang bisa berbicara 4 bahasa itu, sudah ada 94 warga negara Indonesia terdaftar sebagai e-resident dan telah mendirikan 4 bisnis. Tanibox, startup teknologi yang fokus di bidang pertanian merupakan contoh yang paling berhasil.
Produk utama Tanibox adalah Tania, open source software atau perangkat lunak sumber terbuka. Saat ini Tania telah digunakan sampai mancanegara dan perusahaannya telah memiliki beberapa mitra seperti Hungaria, Swedia, dan Lithuania.
"Kami belum pernah mempromosikan e-Residency di Indonesia maupun berpartisipasi dalam acara manapun. Namun demikian, berhubung Kepala Pemasaran kami, Alex Wellman akan berbicara pada Running Remote Conference 2019 pada 29-30 Juni nanti di Bali, kami yakin bahwa ketertarikan akan program e-Residency di Indonesia akan semakin meningkat," ungkap Arnaud.
Menurutnya, Indonesia memperlihatkan beragam peluang bagi teknologi informasi, khususnya terkait e-commerce dan fintech. Banyak startup di Indonesia yang mungkin tertarik untuk mengakses pasar Eropa yang memiliki lebih dari 500 juta penduduk. "Walaupun startup-startup di Indonesia dapat menikmati pasar lokal yang besar, banyak dari mereka yang memiliki ambisi global. e-Residency tentunya akan sangat menguntungkan bagi mereka," tambahnya.
Baca juga: Hai Startup, Tangkap Peluang Bisnis Berbasis IoT, Yuk!
Arnaud mengungkapkan bahwa mereka memandang hubungan antara Estonia dengan para e-resident melampaui sekadar bisnis belaka. Mereka ingin membantu para e-resident mentransformasi diri dari sekadar pengguna layanan elektronik e-Residency menjadi anggota aktif dari komunitas global.
"Kami ingin mereka bertemu satu sama lain, menjalankan bisnis di antara mereka sendiri maupun dengan perusahaan Estonia. Kami juga ingin mereka mengunjungi negara kami dan menikmati budaya kami. Tentu saja, dampak ekonomi adalah sesuatu yang penting," lanjutnya.
Progam e-Residency diharapkan dapat menghasilkan Euro 15 juta untuk Estonia tahun 2019 ini. "Sebuah perusahaan asal Estonia yang fokus pada konsultasi, keuangan dan pajak bernama Deloitte telah memperkirakan bahwa, ketika mengikutsertakan dampak ekonomi tidak langsung, potensi pendapatan e-Residency dapat mencapai Euro 1,5 Miliar pada 2025," jelas Arnaud.
"Namun demikian, gambaran besarnya adalah kami membangun komunitas pertemanan tanpa batas bagi Estonia, untuk membagikan nilai-nilai kami seperti keterbukaan, inklusivitas, serta kemampuan untuk menghadapi tantangan. Dengan cara inilah kami berkontribusi untuk menjadikan negara kami lebih besar dan lebih kuat," tutup Arnaud.
Kira-kira bakalan banyak yang daftar, nggak ya? Mmm, kita tunggu saja!
Baca juga: Gaess, Peluang Besar Untuk Startup Kesehatan di Indonesia, Nih!