Pemerintah tengah memfokuskan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan vokasi sebagai salah satu langkah untuk mendorong pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan vokasi diarahkan agar generasi muda Indonesia siap menghadapi era ekonomi digital.
Pasalnya, era digital ini menuntut kompetensi sumber daya manusia untuk berinovasi dengan menguasai teknologi terkini. “Dunia digital membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang lebih produktif. Dunia digital adalah dunia yang berbasis teknologi, dan teknologi ini harus dikuasai sejak SMU atau SMK,” ujarnya dalam acara Dialog Nasional Sukses Indonesiaku di Kediri, Jawa Timur, Rabu (15/11).
Dengan kualitas SDM yang kreatif dan inovatif, ia yakin akan memacu daya saing dan produktivitas industri nasional. Apalagi, saat ini dunia sedang mengarah pada revolusi industri keempat atau industri 4.0 yang membutuhkan inovasi dan penempaan SDM yang terampil. “Revolusi industri keempat ini memfokuskan pada internet of things atau semua terkoneksi dengan internet,” tambahnya.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan pengembangan ekonomi digital melalui e-Smart IKM. Program dengan sistem e-commerce ini diharapkan dapat menumbuhkan wirausaha baru. Airlangga memaparkan saat ini pasar ekonomi digital di Indonesia saat ini mencapai USD11 miliar dan diproyeksi meningkat menjadi USD110 miliar dalam lima tahun ke depan.
“Industri digital dapat mendongkrak perekonomian nasional. Diharapkan, generasi muda kita mulai menyesuaikan serta bersiap menyambut tren teknologi industri dan Industry 4.0 sebagai keberlanjutan era ekonomi digital,” paparnya.
Guna menjawab kebutuhan tersebut, Sekjen Kemenperin Haris Munandar mengungkapkan, seluruh unit pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian telah menerapkan sistem kurikulum berbasis kompetensi serta tersambung dan sesuai (link and match) dengan industri. Upaya ini terbukti mampu menghasilkan SDM yang terampil dan profesional sesuai kebutuhan di dunia kerja saat ini.
“Kami memiliki 9 Sekolah Menengah Kejuruan, 9 Politeknik, dan 1 Akademi Komunitas yang telah menjadi rujukan bagi pengembangan pendidikan vokasi karena berhasil membangun sistem pendidikan yang benar-benar berbasis kompetensi serta link and match dengan dunia industri,” sebutnya.