Hal ini terjadi hampir setiap hari: Seorang CEO memindai lanskap kompetitif dan memutuskan saatnya menerapkan strategi baru atau memeriksa faktor-faktor internal yang membatasi pertumbuhan. Dengan dukungan Pemimpin Senior, perusahaan melakukan investasi yang signifikan dalam proses berbulan-bulan yang dirancang untuk menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti.
Beberapa area mungkin dipilih untuk diteliti lebih lanjut tentang bagaimana pekerjaan dilakukan dan di mana titik lemahnya. Setelah mewawancarai karyawan di berbagai tingkatan, membuat dokumentasi terperinci dan membuat rekomendasi, perusahaan siap untuk menguji coba perubahan, mengukur hasil, dan meluncurkan strategi untuk kelompok pemangku kepentingan yang lebih besar.
Pendekatan untuk efektivitas organisasi ini dianut oleh perusahaan di hampir setiap industri. Meskipun dapat diandalkan, diulang, dan berorientasi pada hasil - tetapi juga bukan tanpa batasan, seiring laju perubahan yang semakin cepat. Sebagai contoh, metodologi tradisional membutuhkan sejumlah besar waktu yang dihabiskan untuk memeriksa satu momen spesifik dalam siklus bisnis. Anggap saja foto yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk berkembang; pada akhirnya, gambarannya jelas, tetapi momennya telah lewat.
Baca juga: Inilah 3 Perusahaan Digital Creative Paling Inovatif di Dunia
Sederhananya, perusahaan modern membutuhkan proses modern yang memanfaatkan kemampuan teknologi saat ini dan yang akan muncul kemudian. Meskipun prinsip dasar pendekatan tradisional adalah kesehatan organisasi, teknologi ini memberikan para pemimpin cara yang lebih simpel dan gesit untuk mendapatkan pandangan holistik tentang kondisi kesehatan perusahaan mereka saat ini.
Dalam visi efektivitas organisasi yang diberdayakan teknologi ini, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) bisa menjadi hal yang biasa saja seperti halnya spreadsheet.
Baca juga: Riset: Banyak Perusahaan Produk Konsumen Tidak Paham IoT
Dasar pendekatan digital untuk efektivitas organisasi ini meminjam praktek desain yang dikenal sebagai kembar digital (digital twin). Dalam pembuatannya, konsep kembar digital biasanya dikaitkan dengan aset fisik yang mahal dan memakan waktu untuk dikembangkan, dibangun, dan diuji, tetapi masih tunduk pada aturan usang yang sama dengan obyek yang kurang kompleks.
Dengan menggunakan kembaran digital, atau model virtual aset, perancang dan produsen dapat menerapkan input, pengukuran, atau pemicu yang berbeda dan memeriksa responsnya. Semuanya tanpa waktu, biaya, dan risiko membangun atau menguji aset fisik. Menggunakan kembar digital memperpendek siklus pengembangan produk dan waktu ke pasar, juga secara drastis mengurangi biaya modal dan operasional.
Saat ini, teknologi telah memungkinkan untuk menerapkan prinsip-prinsip kembar digital di luar manufaktur. Setiap perusahaan dapat menggunakan konsep ini untuk bereksperimen real time, tanpa khawatir konsekuensi di dunia nyata yang tak dapat dibatalkan. Perusahaan juga dapat sampai pada wawasan yang dihasilkan dengan lebih cepat, dengan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana masing-masing bagian bisnis memengaruhi keseluruhan organisasi.
Baca juga: Survei Fujitsu: Transformasi Digital Buat Banyak Perusahaan Rugi Miliaran Rupiah
Daripada hanya evolusi yang didukung teknologi dengan metode tradisional, pendekatan kembar digital adalah revolusi yang fokus pada pendekatan yang sama sekali baru. Inputnya mungkin termasuk wawasan dari karyawan, pimpinan perusahaan dan data perusahaan lainnya. Pendekatannya mengacu pada pengetahuan manusia dari pengalaman bertahun-tahun. Namun, keahlian global ini sekarang dapat dipercepat dengan algoritme dan pengenalan pola yang menjadikannya lebih kuat dengan adanya peningkatan kecepatan dan kemampuan pemrosesan.
Stakeholder organisasi masih terlibat dalam proses, tetapi alih-alih hanya memperjuangkan partisipasi dan melaksanakan rekomendasi, mereka dihadapkan pada hasil terperinci dan dapat mengamati dampak yang dihasilkan dari berbagai rekomendasi. Pemodelan skenario - kemampuan untuk menggerakkan tuas dan mengaktifkan dan menonaktifkan berbagai rekomendasi - memungkinkan orang melihat bagaimana perubahan di berbagai bidang akan memengaruhi seluruh organisasi.
Baca juga: Riset LinkedIn: 22% Perusahaan di Indonesia Ingin Calon Karyawan yang Melek Digital
Ketika perusahaan menilai keadaan organisasi saat ini, mereka biasanya fokus pada empat bidang utama, atau lensa, yang memberi mereka pandangan tentang bagaimana pekerjaan dilakukan: organisasi, budaya dan perilaku, tenaga kerja, dan biaya. Gagasan dibalik teknologi untuk menilai kesehatan organisasi adalah kemampuan untuk memanipulasi semua lensa ini secara real time.
Dahulu, para pemimpin perusahaan mungkin fokus pada satu atau dua bidang secara terpisah, sekarang mereka dapat melihat empat lensa ini dengan cepat dan komprehensif. Mereka menggunakan apa yang telah dipelajari untuk menguji hipotesis dan mengumpulkan data di berbagai bidang sehingga dapat melihat apa yang mungkin terjadi dalam skenario yang berbeda.
Uptick eksponensial memaksimalkan laba atas investasi dan memberikan lebih banyak wawasan untuk belajar tentang perusahaan secara menyeluruh. Kembali ke metafora foto, pertimbangkan perbedaan antara gambar standar dan panorama: keduanya memberikan banyak informasi, tetapi yang satu mengandung lebih banyak konteks. Demikian pula, dengan melihat perusahaan melalui empat lensa ini, Pemimpin dapat menjadi lebih tahu tentang bagaimana masing-masing lensa memengaruhi yang lain.
Baca juga: Perusahaan Jepang Ini Berencana Gaji Karyawan dengan Bitcoin
2. Budaya dan perilaku memperhitungkan seberapa efektif budaya organisasi dalam mendukung strategi dan memberikan keunggulan kompetitif yang berbeda. Survei Budaya Global 2018 yang dilakukan Katzenbach Center of PwC's Strategy& mengungkapkan bahwa 71% anggota C-suite dan dewan memandang budaya dan perilaku sebagai area fokus penting bagi kepemimpinan senior.
Meskipun penting untuk memahami budaya dan perilaku sebagai bidang yang berdiri sendiri dimana perubahan strategis dapat diterapkan, sama pentingnya untuk diingat bahwa hal itu memiliki pengaruh yang signifikan pada bagian lain dari perusahaan. Dalam kasus khusus ini, penelitian tambahan berdasarkan tanggapan terhadap Org DNA Profiler® mengungkapkan bahwa perusahaan dengan budaya khas hampir 2x lipat memengaruhi pasar daripada perusahaan yang melaporkan budaya bukan sebagai keunggulan kompetitif.
Baca juga: Forbes Insight: 70% Pebisnis Percaya IoT Penting Bagi Perusahaan
Paradoksnya, ini membutuhkan visi yang jelas untuk dunia yang tidak pasti: dunia yang menetapkan cara mengembangkan karyawan untuk mengambil peran baru atau yang diperbesar, menyelaraskan tujuan bisnis dengan sumber daya manusia, terlibat dengan bakat yang fleksibel, dan memberikan pengalaman karyawan yang menarik.
Dalam Survei CEO Global Tahunan ke 22 PwC yang melibatkan 1.378 wawancara CEO di 91 wilayah dan berbagai industri, 80% responden mengatakan mereka sangat prihatin atau agak khawatir tentang ketersediaan keterampilan utama yang menjadi ancaman utama bagi bisnis mereka. Hal ini memperkuat kebutuhan perusahaan untuk menilai bisnis mereka dengan cermat melalui lensa tenaga kerja.
Baca juga: Kadin Usulkan Insentif Bagi Perusahaan yang Lakukan Riset Ekonomi Digital
Misalnya, dalam Survei CEO PwC, 52% CEO melaporkan bahwa biaya karyawan perusahaan mereka melebihi dari yang diharapkan. Ketika biaya naik, dalam hal ini karena kesenjangan keterampilan yang disebutkan di atas, para pemimpin perusahaan dipaksa untuk mengambil keputusan investasi yang dapat mengancam kemampuan mereka untuk mencapai tujuan strategis.
Hasil Real-time
Ketika rekomendasi dan hasil potensial tersedia bagi perusahaan untuk dipertimbangkan lebih cepat, jeda antara menangkap momen dan mengambil tindakan tegas menjadi lebih pendek. Bagusnya, pelajarannya menjadi lebih relevan dan keputusan yang dihasilkan lebih tepat. Tanpa dipaksa melihat perusahaan hanya melalui satu atau dua lensa, pengambil keputusan memiliki fleksibilitas tidak hanya untuk melakukan perubahan, tetapi juga memberlakukan perubahan dengan cara yang benar. Dan mungkin yang paling signifikan, terbebas dari metode yang mengarah dan berorientasi pada peraturan di masa lalu, para pemimpin perusahaan bebas untuk berpikir lebih kreatif tentang tantangan yang mereka hadapi. Juga untuk menyelesaikannya dengan ketangkasan dan fleksibilitas organisasi yang benar-benar modern.
Mmm, siap berubah?
Baca juga: 4 Tips untuk Perusahaan Lakukan Transformasi Digital