Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar kata pertanian? Alam yang hijau, tradisional, alamiah, dan sebagainya. Eits, belum tentu! Di era digital saat ini, pertanian semakin terkena dampak positif dari perkembangan teknologi, lho!
Orang-orang mengenalnya dengan istilah "Smart Farming" atau "Pertanian Cerdas". Penerapannya di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia telah dilakukan walaupun belum menyeluruh. Salah satu sosok yang ikut berkontribusi dalam bidang Smart Farming adalah Asep Bagja Priandana, CEO dan Co-Founder startup teknologi agrikultur Tanibox.
Blog pribadi alumni jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia (UII) itu menjelaskan bahwa Smart Farming adalah ide untuk menanam tanaman dengan kombinasi teknologi terbaru dan analisis data, sehingga mendapatkan hasil lebih banyak dibandingkan metode pertanian konvensional.
Menurutnya, poin penting yang membuat smart farming dianggap cerdas adalah hasil yang lebih baik dan sedikitnya dampak buruk terhadap lingkungan.
Baca juga: Momen Sumpah Pemuda, Jokowi Ajak Pemuda Berinovasi di Teknologi Pertanian
"Sedangkan, untuk merekam data lingkungan dapat dimulai dengan merakit sistem pertanian cerdas sendiri. Contohnya, menggunakan Arduino, Raspberry Pi, dan sensor lainnya," lanjutnya.
Sama halnya dengan Tanibox, startup yang digarapnya bersama Retno Ika Safitri itu fokus di "Precision Farming" atau "Pertanian Presisi". "Konsep itu merupakan pertanian yang mengombinasikan teknologi informasi dan analisa data untuk mendapatkan hasil yang maksimal," tambah Asep.
Dalam pengimplementasian teknologi, Tanibox memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk perangkat sensor, akuator, dan riset untuk produk perangkat lunaknya yang diberi nama Tania. Produk ini merupakan perangkat lunak manajemen pertanian yang telah dikembangkan sejak 2016 dan dirilis secara gratis.
Baca juga: Keren, Ini Aplikasi Khusus Untuk Petani!
Saat ini Tanibox juga sedang melakukan implementasi teknologi di Tania untuk membaca kesehatan tanaman melalui klorofil daun dan persebaran kandungan Nitrogen di tanah, sehingga pengguna bisa mengaplikasikan pupuk dengan lebih presisi berdasarkan citra satelit.
Banyak orang bertanya-tanya, "Kok, bisa gratis? Dapat uangnya dari mana?" ketika mengetahui Tania dirilis sebagai perangkat lunak gratis dan terbuka. Ternyata, mereka melakukan monetisasi dari modifikasi perangkat lunak. "Jadi, kalau ada pengguna yang butuh modifikasi Tania agar lebih cocok dengan alur bisnis mereka, kami menyediakan jasa tersebut. Kami juga membatasi fitur-fitur mana yang gratis dan mana yang berbayar," tutup Asep.
Meski punya fitur yang terbatas, produk Tanibox ini sangat berguna, lho. Kalau kamu tertarik dengan bidang agrikultur, gak ada salahnya mencoba perangkat lunak Tania! Unduh di sini, ya gaeeess!