Ketika industri esports terus berkembang menjadi bisnis yang besar, para pemain pun tak ketinggalan menyadari pentingnya perkembangan dan peluang di industri ini. Bahkan, mereka sudah banyak yang menyadari potensi kariernya sendiri.
Beberapa liga esports di dunia telah membuat asosiasi bagi pemainnya, misalnya Counter-Strike Professional Players Association (CSPPA), asosiasi global pemain Counter-Strike dan Riot's Players' Association, serikat pemain profesional di bawah platform Riot Games. Pada dasarnya, serikat pemain esports dibentuk untuk memperjuangkan dan melindungi hak-hak para pemain.
Dilansir dari Front Office Sports, Scott Smith, salah seorang pelopor berdirinya CSPPA mengatakan, "Para atlet muda yang menandatangani kontrak berhak mendapatkan hak mereka, seperti jumlah gaji sebagai pemain."
Selanjutnya, menurut pria yang telah lama berkecimpung di dunia esports itu, serikat pemain seperti CSPPA memang tidak serta-merta memiliki pengaruh yang sama besar dengan serikat pekerja global atau serikat atlet sepakbola seperti National Football League Players Association (NFLPA). Tetapi, setidaknya untuk saat ini, serikat pemain esports dapat memanfaatkan suara para pemain untuk membentuk beberapa peraturan dan spesifikasi standar dalam sebuah turnamen.
Baca juga: Wuih, PSG Pinang Tim Esports Indonesia, RRQ. Kereen!
Berbeda dengan CSPPA, Riot Games menunjuk Hal Biagas untuk memimpin serikat pemain profesional di bawah platform-nya. Ia adalah direktur eksekutif North American League of Legends Championship Series Players Association (NALCSPA), serikat pemain League of Legends di Amerika Utara.
Pengalamannya pun tidak diragukan lagi karena pernah menjadi asisten penasihat umum untuk National Basketball Players Association (NBPA), serikat pemain National Basketball Association (NBA).
Namun, Scott memiliki pandangan yang berbeda. Ia meragukan kemampuan serikat untuk beroperasi secara independen, terpisah dari bisnis. Ia percaya bahwa serikat harus dimulai dari pemain yang gelisah terhadap permasalahannya dan mencari bantuan dari luar untuk memicu perubahan.
Menanggapi prasangka buruk tentang ketidakmandirian serikat, Hal menilai dengan optimis bahwa komeksinya dengan Riot Games tidak akan menjadi masalah.
Baca juga: Esports Gak Diakui di Jerman, Masa Sih?
Ia berharap, kedepannya akan banyak liga esports yang membentuk serikat pemain seperti yang telah dilakukan Riot Games. Untuk saat ini, Hal Biagas akan fokus memimpin serikat dalam hal pertumbuhan dan keterlibatan para pemain ketika masalah seputar liga dan turnamen muncul.
Selain itu, ia juga akan menggerakkan semua tim di liga League of Legends di Amerika Utara untuk memberikan kontrak kepada pemain yang lebih seragam, teratur, dan adil.
"Pembentukan dan kekuatan bersejarah dari beberapa serikat pemain olahraga tradisional memang dapat membentuk sebuah kerangka kerja yang baik," kata Robert Rippee, direktur eksekutif Hospitality Lab di International Gaming Institute di University of Nevada, Las Vegas (UNLV).
Baca juga: Lewat Esports, Negara Ini Dongkrak Pariwisata Lho!
Tetapi, gagasan tentang asosiasi pemain esports dengan standar yang baik seperti olahraga tradisional lainnya, yang menjembatani kesenjangan masalah pemain, tampaknya sangat sulit diwujudkan. Robert mengatakan terjadinya perdebatan soal serikat pemain esports adalah tanda kematangan dalam industri ini. Kematangan ini, katanya, bukan merupakan puncak.
"Jika kita melihat sejarah esports, itu dimulai sebagai konstruksi komunitas. Orang-orang bermain bersama dan kompetisi terbentuk secara organik. Munculnya serikat pemain ini merupakan perpanjangan dari akar-akar itu. Mereka ingin mempertahankan keterlibatan dan kontrol mereka dalam komunitas," tutupnya.
Menurutmu, perlu gak sih adanya serikat pemain esports?
Baca juga: Pertama di Indonesia, Liga Esports Antar Universitas!