Fujitsu telah melakukan survei terbaru yang melibatkan 1.625 pengambil keputusan bisnis dari seluruh dunia. Penelitian bertajuk The Digital Transformation PACT tersebut menyebutkan bahwa setidaknya ada empat pilar yang harus ditangani agar transformasi digital sebuah perusahaan dapat berjalan dengan sukses antara lain:
1. People
Ketika mempertimbangkan pendekatan mereka terhadap orang-orang yang terlibat dalam transformasi digital, sebagian besar pemimpin bisnis (90%) mengambil langkah untuk meningkatkan akses mereka terhadap keahlian digital, dengan 70% mengakui kurangnya keterampilan digital di dalam organisasi mereka. Contohnya, 80% responden mengatakan bahwa kurangnya keterampilan digital yang memadai adalah halangan terbesar untuk mencapai keamanan di dunia maya.
Melihat ke masa depan, faktor keterampilan akan terus menjadi isu bisnis utama. 93% reponden juga mengatakan bahwa melakukan upskilling pada staff perusahaan akan sangat penting bagi keberhasilan bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan, sementara 83% percaya bahwa kecerdasan buatan akan mengubah keterampilan yang dibutuhkan pada tahun 2020.
2. Actions
Melihat proses dan perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi digital, sembilan dari sepuluh pemimpin bisnis (90%) mengatakan bahwa organisasi mereka memiliki strategi digital yang jelas, sementara 83% yakin bahwa seluruh bisnis mengerti apa yang dijalankan.
Namun, tiga perempat (74%) mengatakan bahwa proyek yang dilakukan seringkali tidak terkait dengan strategi bisnis menyeluruh, sementara 72% mengatakan proyek digital bayangan adalah satu-satunya cara sebagian organisasi dapat menyelesaikan inovasi yang benar-benar efektif. Lebih penting lagi, dua dari tiga (66%) mengatakan bahwa kegagalan tersebut telah menunda proses transformasi digital bisnis di kemudian hari.
3. Collaboration
Pemimpin bisnis tengah mengambil langkah positif dalam sisi kolaborasi, dengan sebagian besar bisnis melakukan atau merencanakan untuk melakukan proyek bersama-sama (63%), dengan sejumlah mitra termasuk pakar teknologi (64%) dan pelanggan lama (42%).
Yang cukup mengejutkan, 79% responden bahkan mengatakan bersedia berbagi informasi sensitif sebagai bentuk kerjasama proyek co-creation ini. Namun, 73% mengatakan bahwa kurangnya keberhasilan dalam jangka waktu cepat dapat mengakhiri kemitraan strategis mereka dengan cepat.
4. Technology
Dan ketika menyangkut teknologi, para pemimpin bisnis merencanakan untuk menerapkan berbagai macam sistem. Dalam 12 bulan ke depan, lebih dari setengahnya berencana untuk memperkenalkan solusi keamanan siber (52%) atau Internet of Things (51%), dengan komputasi awan (47%) dan kecerdasan buatan (46%) menyusul di belakang.
Pemimpin bisnis menyadari dampak disruptif yang dihasilkan dari perubahan teknologi, karena 86% mengatakan bahwa kemampuan untuk mengubah akan sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka dalam lima tahun ke depan. Namun 71% khawatir tentang kapasitas organisasi mereka untuk beradaptasi dengan teknologi seperti kecerdasan buatan.
Duncan Tait, CEO, SEVP and Head of Americas and EMEIA di Fujitsu mengatakan bahwa pengenalan teknologi baru ke dalam bisnis selalu menuntut keseimbangan. Namun, seiring dengan laju perubahan teknologi yang dinamis, peran keseimbangan menjadi jauh lebih penting.
Tidak cukup bagi perusahaan untuk memiliki aplikasi dan perangkat terbaik. Tanpa anggota tim yang berbakat dan terampil untuk menggunakannya, aplikasi dan perangkat tidak ada artinya. “Anda mungkin memiliki tim yang paling cerdas dan paling progresif, tapi mereka akan merasa kesulitan dalam budaya lama yang menghambat inovasi,” jelas Tait.
Dan tidak ada bisnis, tidak peduli seberapa besar, seberapa berpengaruh atau kuat, yang dapat sukses dan berhasil di dunia masa depan dengan hanya mengandalkan diri sendiri. “Hanya dengan membawa keseimbangan ke empat unsur vital tersebut, People, Actions, Collaboration dan Technology, organisasi dapat berkembang di era digital ini,” imbuh Tait lagi.