Sejatinya, teknologi komunikasi yang terus berkembang memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa ada batasan jarak, tempat, dan waktu. Selain itu, hadirnya inovasi berupa media sosial di tengah masyarakat dapat digunakan untuk menjalin relasi dengan rekan kerja atau mengembangkan bisnis, bahkan memperluas pasar.
Tetapi, teknologi yang telah dibuat oleh manusia untuk memudahkan pekerjaan itu malah disalahgunakan oleh manusia itu sendiri. Ya, namanya juga manusia.
Salah satu bentuk penyalahgunaan di tengah cepatnya arus informasi yang mengalir adalah penyebaran hoax atau atau berita bohong. Tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap sepele dampak buruk dari penyebaran hal ini.
Di Bengaluru, India seorang laki-laki berusia 26 tahun bernama Kaalu Raam harus terbunuh tragis karena video hoaks yang tersebar lewat WhatsApp. Padahal, ia dan temannya bermaksud mengampanyekan anti-penculikan anak kepada masyarakat India melalui video yang mereka buat. Video bertemakan social experiment itu di-edit lalu disebarkan melalui WhatsApp oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Baca juga: Facebook Larang Laman Penyebar Hoax Pasang Iklan
Dua kasus di atas dapat dijadikan pelajaran yang berharga untuk tidak asal share berita yang tak jelas sumbernya.
Sebagai langkah nyata untuk memerangi penyebaran hoaks, Victoria Grand, Vice President Public Policy and Communications WhatsApp menemui Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta (21/1). Pertemuan tersebut membahas upaya pengurangan penyebaran hoaks yang sangat cepat viral di media sosial pesan instan WhatsApp.
Baca juga: Hoax dan Lompatan Internet Orang Indonesia
Hingga saat ini, pembatasan jumlah forward pesan pada aplikasi WhatsApp baru diterapkan bagi pengguna Operating System (OS) Android. Sedangkan untuk OS iOS masih dalam proses pengembangan.
Semoga efektif, ya...
Baca juga: Gunakan Teknologi AI, Startup Factmata Perangi Berita Hoax