Nukman Lutfie, salah satu "guru besar" media sosial Indonesia tutup usia pada umur 54 tahun pada Sabtu (12/1) malam di Yogyakarta. Nukman dikenal publik sebagai sosok yang aktif di media sosial yang selalu berusaha mengingatkan penggunanya untuk bijak dalam menggunakan media tersebut.
Melalui cuitannya di twitter @Nukman, ia mengatakan bahwa media sosial memiliki manfaat yang besar. Namun di sisi lain, media sosial juga bisa berdampak negatif, terutama menganggu produktivitas.
Baca juga: Ini Tren Media Sosial 2019 yang Mesti Kamu Pantengi!
Media sosial itu banyak manfaatnya, terutama untuk ekspresi diri. Di sisi lain, #sekadarmengingatkan, media sosial juga bisa berdampak negatif, terutama mengganggu waktu tidur yang bisa merusak produktivitas kita, takut ketinggalan info (#FOMO) dan perundungan (#bullying). pic.twitter.com/mrVeyf3ILk
— Nukman Luthfie (@nukman) December 30, 2018
Selain aktif di dunia maya, ia juga merupakan seorang entrepreneur di bidang internet marketing. Pada 2003, selepas keluar dari Agrakom, Nukman melahirkan perusahaan konsultasi internetnya sendiri bernama Virtual Consulting. Lalu pada 2015, ia kembali meluncurkan startupnya bernama Jualio, marketplace yang memanfaatkan sosial media individu sebagai sarana berjualan.
Menghadapi krisis di sosial media ala Nukman
Pada blog pribadinya, ia pernah membagikan cara menghadapi krisis media sosial bagi brand atau perusahaan yang kepleset dalam menggunakannya. Kepleset bisa diartikan salah ketik, salah menyebut atau menulis nama tokoh atau bahkan berkata kasar kepada konsumen hingga menimbulkan kemarahan publik di media sosial.
Baca juga: Belanja Online, Pilih Media Sosial atau Marketplace?
Menurut Nukman, ada 5 hal yang harus segera dilakukan yaitu:
1. Akui kesalahan itu telah terjadi
Percuma untuk mengelak. Meskipun tweet atau update status di Facebook, atau video di Youtube terhapus, jejak digital tak mudah dihapus. Karena tersimpan di arsip Google. Dan biasanya, ada saja yang meng-capturenya sebagai bukti.
2. Segara meminta maaf kepada konsumen yang dirugikan secara terbuka
Maaf adalah kata pertama yang harus terucap kala brand/perusahaan merugikan konsumennya di media sosial. Satu kata ini bisa meredakan badai kecaman yang kemungkinan menghantam di media sosial.
Baca juga: Memanfaatkan Kekuatan Media Sosial untuk Marketing
3. Jangan melempar kesalahan ke pihak lain di luar manajemen brand/perusahaan
Sampaikan bahwa brand/perusahaan akan menelusuri mengapa kesalahan ini terjadi. Tak perlu diembel-embeli bahwa akun perusahaan sedang dibobol pihak luar jika tanpa bukti kuat.
4. Redam krisis di tempat terjadinya krisis
Jika krisis terjadi di Twitter, redam di Twitter saja. Tak perlu keluar sampai ke Facebbok, Google+, Instagram atau lainnya.
5. Monitor suara di media sosial
Monitor secara ketat apa saja yang suara konsumen dan publik di media sosial mengenai krisis ini. Dengan monitoring ini, perusahaan bisa waspada terhadap kemungkinan krisis lain dan bisa mengantisipasinya.
Selamat jalan Nukman Lutfie. Terima kasih atas jasa dan pejuangannya untuk dunai media sosial di Indonesia.
Baca juga: idEA: Jualan Online Terbanyak Ada di Media Sosial