"Bagaimana mau sukses kalau kerja aja santai dan gak giat?"
Tidak jarang pertanyaan retoris semacam itu dilontarkan oleh banyak orang kepada orang lain yang terlihat malas bekerja atau kerja terlalu santai. Padahal, yang terpenting, kan bukan cara bekerjanya yang terlihat banyak orang. Tetapi, apakah yang dilakukan orang itu produktif atau tidak? Setuju, kan?
Sebuah wawancara dengan David Heinemeier Hansson, founder dan CTO di Basecamp, pernah diterbitkan oleh Zeit Online. Basecamp adalah perusahaan perangkat lunak yang melayani proyek pengembangan aplikasi. Di perusahaan yang bermarkas di Chicago, Amerika Serikat (AS) ini jarang sekali diadakan meeting, tidak ada shift malam, dan tidak dilengkapi fasilitas permainan bagi karyawan.
Mengapa demikian? Karena, 54 karyawannya bekerja kapan saja dan di mana saja. Perusahaannya tetap berjalan dan karyawan tetap bekerja secara produktif.
Baca juga: 2019 Ganti Kantor, Biar Makin Produktif!
David bersama salah satu pendiri Basecamp bernama Jason Fried juga menulis sebuah buku berjudul "It Doesn’t Have to Be Crazy at Work". David dan Jason menuliskan tentang kerja produktif 32 jam per minggu sebagai ganti dari atmosfer kerja Silicon Valley, yang menurut mereka suka bekerja overtime 100 jam per minggu.
Walaupun perusahaan perangkat lunak yang didirikannya berbasis di AS dan secara langsung bersaing dengan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley, Basecamp memiliki budaya kerja yang berbeda.
"Tidak benar bahwa manusia hidup pada zaman, di mana mereka merasa senang jika menjadi sangat sibuk atau stres. Ini hanyalah budaya dan semangat kerja yang diimpor dari Silicon Valley. Oleh karena itu, rasanya memang agak keren hidup hanya untuk bekerja dan menderita kurang tidur," kata David kepada Zeit Online.
Menurut laki-laki kelahiran Denmark itu, kebanyakan orang-orang di AS dan beberapa negara Asia membanggakan berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk bekerja. Seolah itu adalah suatu prestasi. "Seorang akan berkata 'saya bekerja 80 jam seminggu' dan yang berikutnya tentu akan mengatakan 'saya bekerja 100 jam seminggu'," tambahnya.
Baca juga: Mau Tahu Cara Hasilkan Banyak Uang Tapi Tetap Santai?
David menilai, jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Skandinavia, hal yang dianggap prestasi itu adalah langkah mundur dan tampak berbahaya bagi kesehatan. Ia meyakini bahwa karyawan yang sehat dan cukup istirahat akan melakukan pekerjaan terbaiknya. Terutama karyawan yang harus memiliki kreativitas tinggi, seperti pemrograman, desain, atau pembuatan konten tulisan.
Tapi untuk apa melakukan demikian jika bisa sukses tanpa menderita? Perusahaannya berhasil merangkul lebih dari 100.000 perusahaan untuk menggunakan produknya. Menurut David, perusahaannya tumbuh secara berkelanjutan dan mereka puas dengan apa yang telah dicapai.
"Di balik kesuksesan kami, tidak ada yang bekerja 80 jam seminggu. Kami semua bekerja sekitar 32 jam seminggu. Kami memberikan akhir pekan yang panjang untuk seluruh tim kami. Kami juga memiliki tiga minggu liburan yang dibayar per tahun. Setiap tiga tahun, mereka akan tetap dibayar jika cuti satu bulan. Dalam industri perangkat lunak, orang-orang tidak perlu harus bekerja sampai mati-matian jika ingin sukses," ungkapnya.
Laki-laki kelahiran 39 tahun silam itu mengatakan bahwa pekerjaan adalah bagian dari kehidupan yang baik, bukan segalanya dari kehidupan. Memiliki pekerjaan yang memuaskan dapat memperkaya hidup. Seorang akan merasa lebih bahagia terhadap dirinya dan bahagia terhadap pekerjaannya.
Baca juga: Tips Anti Stres untuk Startup