Apa sih yang kita butuhkan untuk bisa merasa bahagia di tempat kerja? Apakah harus menunggu ketika tak ada chat atau telepon urusan kerjaan di malam hari? Tidak juga.
Apakah untuk bahagia perlu lebih banyak uang? Atau, mendapatkan pekerjaan impian kita, seperti menjalankan bisnis hotel rumahan di lokasi wisata sambil membantu masyarakat sekitar.
Menurut Srikumar Rao, penulis Happiness at Work, dikutip dari Forbes.com, sesungguhnya terwujudnya hal-hal itu bukanlah pembawa kebahagiaan buat kita.
Rintangan terbesar untuk menjadi lebih bahagia, kata Rao, ada di pikiran kita sendiri. Ketika kita merasa menjadi tawanan keadaan, tak berdaya menghadapi hal-hal yang terjadi pada diri kita.
Baca juga: 5 Manfaat Tempat Kerja yang Menyenangkan
Berikut adalah 10 langkah untuk menjadi lebih bahagia di tempat kerja, yang diambil dari rekomendasinya.
1. Hindari label "baik" dan "buruk"
Ketika sesuatu yang buruk terjadi, jangan menyalahkan diri sendiri, kata Rao. Sebaliknya, saat kita membuat kesalahan, waspadai hal tersebut tanpa menghakimi.
Artinya, ketika ada sebuah peristiwa, kita tidak perlu serta-merta melabel itu sebagai "kejadian baik" atau "kejadian buruk". "Lakukan apa yang harus kamu lakukan, tapi jangan kehilangan ketenangan dan rasa damai," ujarnya.
2. Berlatih "ketahanan ekstrim"
Rao mendefinisikan "ketahanan ekstrim" sebagai kemampuan untuk pulih dengan cepat dari kesulitan. "Kita menghabiskan banyak waktu sia-sia untuk menyalahkan diri sendiri atau orang lain," tulisnya.
Segera lewati rasa bersalah yang sia-sia. Sudahi membuat-buat alasan yang tidak perlu. "Jika ulet, kamu bisa segera pulih dan terus melakukan hal-hal besar," kata Rao.
Di sisi lain, ia mengatakan, jika kita menuruti nasehatnya untuk menghindari label "hal buruk", sebenarnya berlatih ketahanan itu jadi tidak perlu.
"Sebagian besar masalah yang membuat kita terjaga 10 tahun yang lalu telah menghilang," kata Rao. "Banyak masalah yang kita alami hari ini juga akan lenyap. Menyadari kebenaran ini akan membantu kita mendapatkan perspektif yang lebih baik."
Rao mengatakan bahwa banyak dari kita bergantung pada model kebahagiaan yang cacat. Jika kita menjadi CEO, maka kita akan bahagia. Jika kita menghasilkan gaji delapan digit, maka kita akan bahagia.
"Hasil sepenuhnya di luar kendali kita," tulis Rao. Kita akan mengecewakan diri sendiri jika terlalu fokus pada apa yang ingin dicapai daripada bagaimana berencana untuk sampai ke sana.
Bahkan di perusahaan di Amerika, di mana begitu banyak orang berpusat pada dirinya sendiri, Rao mencetuskan ide "alam semesta yang berpusat pada yang lain". Jika ada orang baik belum mendapatkan promosi, dia mungkin akan berhasil dengan cara yang lain. "Dia mungkin mendapatkan promosi lebih di kesempatan yang lain," kata Rao.
Rao berpikir bahwa multitasking menghalangi kebahagiaan. "Multitasking berarti kita melakukan banyak hal dengan buruk dan membutuhkan lebih banyak waktu," tulisnya. Ia merekomendasikan, alih-alih mengerjakan tugas untuk interval 20 menit yang secara bertahap meningkat menjadi rentang 2 jam, matikan semua gadget elektronik yang bisa menjadi pengalih perhatian. Dia mengklaim bahwa dengan latihan, kita akan dapat mencapai lebih banyak dengan lebih sedikit usaha.