Layanan keuangan seperti Peer to Peer Lending kini menjadi angin segar bagi masyarakat prasejahtera dan unbanked. Dari sisi makro, pemberdayaan UKM dan penciptaan alternatif investasi yang dilakukan P2P lending turut berperan memajukan ekonomi Indonesia.
Muhammad Chatib Basri, Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2013–2014, melihat besarnya potensi P2P lending di Indonesia. “Sebagai alternatif investasi, P2P lending mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh masyarakat umum. Begitu mudah, bahkan, sehingga semua aktivitas pemberi pinjaman P2P lending dapat dilakukan lewat aplikasi smartphone, cocok bagi pemuda-pemudi Indonesia yang melek digital. Menjadi pemberi pinjaman bagi UMKM juga membuka akses ke inklusi keuangan,” paparnya dalam diskusi panel “Bedah Peer-to-Peer Lending: Alternatif Investasi di Era Digital” di Jakarta (28/9).
Ia menambahkan, keberadaan FinTech P2P lending seperti Modalku selain membuka akses bagi pembiayaan UMKM dapat menyediakan instrumen alternatif investasi yang baru dan terjangkau.
Riset Oliver Wyman dan Modalku memproyeksikan akan ada financing gap bagi UMKM yang tidak dapat dipenuhi institusi keuangan sebesar Rp 720 triliun di tahun 2020. Di sini, P2P lending dapat berperan besar sebagai solusi permasalahan ini dengan menyediakan produk yang cocok dan user-friendly bagi kebutuhan UMKM dan pencari alternatif investasi.
Reynold Wijaya, Co-Founder dan CEO Modalku mengatakan, ”Tim Modalku selalu berusaha menyediakan layanan keuangan terbaik yang menguntungkan pelaku bisnis UMKM selaku peminjam serta pemberi pinjaman P2P lending. P2P lending membantu pertumbuhan UMKM berpotensi negara serta memberikan return yang menarik bagi pemberi pinjaman, lebih tinggi dibandingkan deposito dan obligasi.”
Dengan mendanai pinjaman UMKM melalui P2P, pemberi pinjaman mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat return yang menarik. Di sisi lain, peminjam mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa agunan dengan proses online yang mudah dan cepat.